Bismillahirrahmanirrahim.....
Alhamdulillah Rabu kemarin si Babyboy 23 bulan. Duuuh, gak berasa banget yah? Iyah, aku juga merasa gak berasa banget ini bocah udah 23 bulan dianya. Alhamdulillah hingga hari ini Si bocah masih ngeASI, wajib malah. Klo dibangunkan di pagi hari, dibujuk mandi eeh malah bilang "nen dulu" sambil senyum-senyum malas buka matanya. Udah tahu aja beliau klo pagi itu waktunya berdiri dan bentar lagi ditinggal Mama sampe sore menjelang malam.
23 Bulan, artinya 1 bulan lagi menuju 2 tahun. 23 Bulan menuju S3 ASI? Emang ASI menyerupai jenjang pendidikan? Uhuuy, ternyata iya loh. Saya juga gres tahu istilah wacana ASI ini ketika mencar ilmu sendiri dari aneka macam sumber bacaan dan ikut group wacana ASI dan MPASI yang tersohor di dunia maya ini. Emang kapan S1 dan S2 nya?
Ahaiii, jadi istilah S1, S2 dan S3 ASI ternyata ialah jenjang pertolongan ASI kepada sang buah hati. Iyah, aku juga gres tahu wacana ilmu per-ASI-an itu ketika hamil bahkan tahu lebih banyak (dari sebelumnya) ketika menyusui, setelah melahirkan. Sepertinya memang telat aku mencar ilmu wacana ilmu ASI, tapi aku tetap bersyukur alasannya ialah aku masih mau tahu banyak wacana ASI ketimbang tidak sama sekali. Sebelumnya aku cuma tahu dasarnya aja klo bayi itu sebaiknya diberi ASI selama 2 tahun. Dan aku pun berniat: kelak jikalau memiliki anak, maka aku akan memperlihatkan ASI kepada anak aku selama 2 tahun menyerupai yang dianjurkan itu.
Mau sedikit menyebarkan yah, sekalian jadi catatan buat aku juga wacana ilmu per-ASI-an ini. Menurut yang aku baca bahwa istilah S1 ASI itu diberikan ketika usia anak beranjak 6 bulan pertamanya. Jika anak mendapat ASI selama 6 bulan berarti beliau telah lulus S1 ASI. Bahkan jikalau mendapat ASI ekslusif tanpa ada pendamping susu formula itu lebih baik lagi. Nah ketika usianya 6 bulan ini, sang Bayi pun mulai diajarkan wacana rasa lain selain ASI yaitu dengan MPASI; Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Nah MPASI untuk bayi 6 bulan hingga usia 12 bulan juga sangat dianjurkan untuk diberikan makanan yang TANPA gula garam. Karena lambung bayi masih harus menyesuaikan dengan pertolongan unsur itu. Mau tahu lebih banyak? Ayo, coba googling sendiri yah semoga lebih mengerti, aku gak mau dibilang terlalu menggurui ;)
Kita lanjut aja ya? Setelah anak mulai mengenal rasa lewat makanan yang kita beri, ASI wajib dilanjutkan dong ya. Nah ketika pertolongan ASI terus berlanjut hingga usia anak kita masuk 12 bulan a.k.a 1 tahun berarti mereka telah lulus S2 ASI. Senang? Jelas dong yah, aku pun juga mencicipi menyerupai itu. Berarti 1 langkah lagi anak kita akan mendapat predikat tertinggi dalam jenjang pendidikan ASI. Kapan waktunya? Yeaay, waktunya ialah ketika anak memasuki usia 2 tahun. Waktu dimana anak seharusnya sudah siap untuk disapih, lepas dari ASI. Dan dalam Agama pun juga menganjurkan untuk memperlihatkan ASI kepada anak hingga usia 2 tahun :)
Alhamdulillah, niat aku untuk memberi ASI ke Faraz hingga usianya 2 tahun InsyaAllah akan terwujud, semoga saja gak ada halangan untuk benar-benar sanggup mewujdukan niat aku itu. Tapi makin kesini aku jadi semacam melow gak jelas. November mendatang Faraz akan segera masuk usia 2 tahun, dimana saatnya beliau akan mulai lepas dari ASI. Saya merasa beliau sudah tidak butuh aku seutuhnya lagi *sounds lebay, yes?* Tapi mau bilang apa? Saya emang rasa kayak gitu sih sekarang.
Gimana nggak klo 23 bulan ini aku terus memberinya ASI bagaimana pun keadaan saya. Saat aku demam tinggi, menggigil ketika PD yang tiba-tiba membengkak padahal hampir semalaman penuh Faraz 'bergantung'. Di lain waktu, ketika Faraz mulai tumbuh gigi dan mulai mengigit yang mengakibatkan lecet, aku berusaha tetap tegar terus memberinya. Belum lagi dimana pun dan kapan pun klo beliau minta nen, ya harus diberikan sebelum beliau jadi ngambek lanjut nangis, arrrgghh jadi deh disumbat aja semoga aman.
Untungnya kini udah banyak pakaian yang menunjang kenyamanan busui dalam soal berbusana, lebih dikenalnya dengan busui friendly. Jadilah aku kemana-mana pakai baju yang punya bukaan depan, baik itu yang berkancing maupun yang beresleting depan plus sebisa mungkin hijab yang menutupi dada. Klo soal hijab mah, dari dulu aku emang gak nyaman aja klo hijabnya gak menutupi bab dada, heheheh. Kan perintahNya emang disuruh menjulurkan hijab menutupi dada, kan yah. Makara gak perlu dibantah lagi :)
Anyway, back to topic! Duh kurang dari sebulan lagi harusnya aku menyapih Faraz. Pengennya sih menyapih dengan cinta, atau istilahnya weaning with love. Pengennya sih dalam proses penyapihan nanti kami berdua benar-benar telah siap untuk melepas kebiasaan kami selama ini. Gak ada drama oles ini-itu-inu ke si PD yang akibatnya nanti malah jadi buat Faraz merasa gak nyaman bahkan stress berat alasannya ialah rasa pedis ataupun pahit, misalnya. Sejak bulan kemarin aku sih udah mulai sounding ke Faraz klo nennya itu cuma boleh di malam hari, toh selama ini siangnya ketika weekdays beliau juga gak pernah nen koq jadi harusnya udah biasa dan terlatih. Tapi oh no, pada kenyataannya gak sanggup gini juga. Saat weekend, yang ada malah bergantung ama aku mulu dan aku belum tega juga untuk benar-benar melepasnya, tidak memberinya nen jikalau siang hari ketika beliau minta, apalagi klo udah bujuk aku sambil pasang muka innocentnya itu. Duuhh, duuhh, duuhh. Mama mana coba yang tega menolak anaknya, iksss #EmakLabilBinGalau
Gak cuma itu aja sih, aku juga udah bilang ke Faraz klo bulan depan itu ultah beliau yang ke-2 tahun. Artinya, Faraz udah harus sanggup gak nen lagi, udah harus lepas dari nen Mama. Tapi anaknya mah hambar belibis aja, gak peduli. Aduuhh, ini benar-benar PR besar aku ketika ini deh. Bingung, gak tega semua deh bercampur jadi satu.
Temans, ada yang punya pengalaman menyerupai aku ketika ini? Sharing dong, please :)
Post a Comment
Post a Comment