Jakarta - Netizen tampaknya masih terus membahas pemblokiran layanan Telegram oleh pemerintah. Tidak heran nama Telegram masih bercokol di daftar trending topic Indonesia.
Sejak kabar pemerintah memblokir layanan Telegram beredar Jumat petang (14/7/2017), netizen eksklusif berteriak di media sosial. Seketika Telegram eksklusif menjadi trending topic.
Tapi tidak disangka sampai Sabtu pagi (15/7/2017), Telegram belum juga turun dari daftar topik yang banyak dibicarakan di Twitter. Pantauan detikINET, banyak netizen yang masih mengkritik keputusan yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Kalo terorisnya migrasi dari Telegram ke sosial media lain, gmn? Temans, siapkan lg hp jadul semisal Nokia 3310, siapa tahu bakal berguna," kata akun @TitikAsa.
"lo mau ganti biaya org yg bisnis memakai telegram? Apa tdk ada jalan lain utk menghalau radikalisme,kerjasama dgn telegram," demikian kicauan akun @jufrilaw.
"Ini kputusan sepihak ah, dikit dikit blokir..hhu...pdhal bnyak faedahnya pak..telegram ini buat kami," ujar akun isna_retna.
"Saya pake @telegram udh 1th lebih dan itu dipke kerja di account saya ada puluhan grup kerjaan dan itu kasatmata lho @Menkominfo," tulis akun @tedyferry.
Trending topic di Twitter Indonesia, Sabtu pagi (15/7/2017). Foto: istimewa |
Seperti diketahui diberitakan sebelumnya, terhitung mulai hari ini Kominfo telah meminta kepada seluruh Internet Service Provider (ISP) untuk melaksanakan pemutusan susukan (pemblokiran) terhadap 11 Domain Name System (DNS) milik Telegram.
Dampak terhadap pemblokiran ini yaitu tidak dapat diaksesnya layanan Telegram versi web (tidak dapat diakses melalui komputer).
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menjelaskan pemblokiran Telegram harus dilakukan sebab aneka macam kanal yang ada di layanan tersebut yang bermuatan negatif.
Konten negatif yang dimaksud antara lain, propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, undangan atau cara merakit bom, cara melaksanakan penyerangan, gambar yang tak senonoh, dan lain-lain yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
"Di Telegram, kami cek ada 17 ribu halaman mengandung terorisme, radikalisme, menciptakan bom, dan lainnya, semua ada. Makara harus diblok, sebab kita anti radikalisme," papar menteri yang dekat disapa Chief RA, Jumat (14/7/2017).
Dengan temuan yang mengerikan itu, Rudiantara pun memberikan hal ini kepada Panglima Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo, Kapolri Tito Karnavian, dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, untuk segera mengeksekusi pemblokiran Telegram.
"Setelah berkomunikasi dengan mas Gatot (Panglima TNI), Pak Kapolri, mas Teten, ya sudah besok diblokir saja," lanjut Rudiantara di sela program silaturahim bersama Dewan Pers di Hotel Aryaduta, Jakarta.
Pencipta Telegram sendiri, Pavel Durov, sudah angkat bicara. Ia mempertanyakan problem pemblokiran yang diklaim tanpa pemberitahuan dan koordinasi. Rudiantara pun sudah membantah klaim itu dalam isu sebelumnya.
"Kalau Google ada kantor perwakilan di Singapura, Twitter ada Indonesia, jika Telegram ini komunikasi harus lewat web service mereka. Mereka protes, kok kita tidak diajak bicara tahu-tahu diblokir," sanggah Chief RA.
Post a Comment
Post a Comment