Jakarta - Gita Savitri Devi, namanya mulai dikenal semenjak menjadi vlogger. Lewat video yang menceritakan wacana Jerman, hijabers 25 tahun ini mulai populer. Paras manis Gita yang pernah disebut ibarat aktris Korea Kim Ji Won, serta bunyi merdunya juga menciptakan perempuan berdarah Palembang itu semakin populer.
Ketika berbincang dengan Wolipop, hijabers yang suka bergaya maskulin ini dongeng mengenai pengalamannya berhijab di Jerman. Gita Savitri mengakui kalau ia gres hijrah dengan berhijab ketika kuliah di Jerman. Wanita mengambil studi jurusan Kimia murni di Free University, Berlin, Jerman, itu tetapkan berhijab semenjak 2015.
Kala itu, Gita Savitri mengaku menemukan hidayahnya sehabis banyak penilaian diri dan menyendiri di Jerman. Hati Gita ibarat terketuk dengan sendirinya untuk berhijab walaupun perempuan yang menggunakan jilbab di Jerman masih sangat sedikit.
Gita Savitri Foto: Dok. Arina Yulistara/Wolipop |
Setelah mencoba untuk hijrah dengan berhijab ternyata Gita Savitri mengaku menemukan kenyamanan yang luar biasa. Berhijab di Jerman lantas tidak membatasi aktivitasnya walaupun ia termasuk minoritas. Awalnya sempat khawatir soal Islamophobia jikalau berhijab namun ketakutan itu diakui Gita Savitri hilang sehabis ia memakainya.
Gita Savitri merasa lingkungan di Jerman sangat multikultural dan mereka menghormati segala hal soal agama. Ketika ia berhijab pun tak ada yang menanyakan atau mempermasalahkan hal tersebut sampai ketika ini.
"Ternyata nggak menghalangi saya sama sekali, tetap sanggup keluar, digunakan jalan, yang tadinya takut sama Islamophobia seketika hilang. Nggak ada yang nanya juga teman-temanku sama sekali, seolah-olah saya pakai kerudung sudah lama. Di sana memang orangnya nggak pedulian apalagi duduk kasus agama urusan masing-masing. Aku juga kesannya berpikir kalau saya kenapa-kenapa ini memang jihadku, kalau saya mati insya Allah matinya mati sahid," papar perempuan yang akan kembali ke Jerman pada selesai September mendatang untuk mengambil gelar masternya itu.
Gita Savitri menambahkan, berhijab di Jerman tak semudah di Indonesia yang lebih banyak didominasi penduduknya Islam. Sulit bagi Gita menemukan kerudung yang pas. Di Jerman lebih banyak penjual pashmina yang biasa digunakan penduduknya untuk menghangatkan leher ketika demam isu dingin.
Meski kesulitan mencari kerudung namun perkumpulan muslim di Jerman sangat kuat. Hal itu yang menciptakan hati Gita Savitri juga merasa tersentuh. Sebelum sering mendapatkan endorsement jilbab ibarat sekarang, Gita Savitri pernah diberikan derma kerudung di awal berhijab.
Foto: Instagram |
"Susah banget cari kerudung di sana, paling bagus di Indonesia. Adanya pashmina gitu, beli online mahal, satu kerudung harganya berapa belas Euro. Awalnya mikir gila kali beli kerudung mahal banget lama-lama gua pakai mukena deh nih sama bergo. Tapi teman-teman di sana baik-baik banget. Orang-orang Indonesia-nya kalau ada yang pakai kerudung mereka bakal kasih kerudung. Karena di sana perkumpulan muslimnya berpengaruh banget kadang saya minta dibawain juga sama mama. Sekarang dari endorse saja," dongeng Gita Savitri.
Dalam menentukan kerudung, Gita Savitri mencari materi yang tidak praktis lecak. Hidup di Jerman sangat berbeda dengan Indonesia. Ia tak sanggup duduk santai di dalam kendaraan beroda empat ketika berpergian harus bergerak lebih banyak mengejar bus atau kereta. Oleh alasannya yaitu itu, Gita Savitri terbiasa menerapkan gaya hijab yang super simpel. Sedangkan untuk material ia menentukan katun dan materi yang nyaman.
"Aku suka nyari yang agak tebal, kalau satin-satin paling nggak sanggup alasannya yaitu kita harus lari mulu ngejar bus, kereta, kalau cakep-cakep sudah bye pentul hilang, pokoknya cari kerudung yang benar-benar sanggup saya iket. Kalau di sini kan, mau pakai baju apa saja gampang. Di sana belum lagi anginnya," tambah Gita.
Walau perlu 'berjuang', Gita Savitri merasa lebih nyaman berhijab di Jerman daripada di Indonesia. Wanita kelahiran 27 Juli 1992 ini menyampaikan ia lebih mendapatkan makna dari menggunakan kerudung itu sendiri daripada di Jerman.
"Lebih yummy berhijab di Jerman alasannya yaitu entah kenapa nggak ada distraction. Kalau di sini happening banget bisnis hijab. Di sana kan nggak, jadi kita pakaikerudung itu esensinya lebih sanggup di sana. Mungkin juga alasannya yaitu saya sendiri di sana, saya lebih berjuang buat agamaku itu juga lebih dapat. Di sini tuh nyaman banget, saking nyamannya yasudah kerudung pecahan dari pakaian saja," katanya lagi.
Post a Comment
Post a Comment