Jakarta - Diananda Choirunisa merupakan salah satu atlet perempuan yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kompetisi olahraga internasional. Tahun ini, Diananda berhasil mendapat medali emas untuk cabang olahraga panahan di SEA Games 2017.
Diana berhasil mengalahkan Filipina ketika jawaban dengan sekor 6:2. Ini menandakan bila hijab tak menghalanginya untuk tetap berprestasi. Atlet dengan sapaan bersahabat Diana itu sudah tetapkan berhijab semenjak 2015. Menjadi atlet yang aktif di bidangnya, Diana mengaku sempat merasa kesulitan sesudah berhijab. Bahkan ia pernah terluka sebab pemakaian jilbabnya.
Saat berbincang dengan Wolipop usai program Hijab Fresh Hand & Body Lotion, Diana bercerita bila menjadi atlet panahan dan berhijab tidaklah mudah. Belum lagi, dikatakan perempuan 20 tahun ini, ketika memanah seharusnya tidak ada penghalang di belahan leher baik busana maupun aksesori. Sementara sesudah berhijab leher harus tertutup sebab belahan dari aurat wanita.
Foto: Dok. Arina Yulistara/Wolipop |
Ketika gres berhijab di 2015, Diana pun harus latihan ekstra semoga alat panahnya tidak tersangkut pada jilbabnya. Namun tak dipungkirinya, ia mengalami beberapakali tragedi panah tersangkut hingga melukai lehernya.
Diana melanjutkan, berhijab juga mempunyai tantangan tersendiri baginya terutama ketika cuaca sedang panas. Dalam sehari, perempuan yang mulai berguru menjadi atlet panahan semenjak kelas 2 SD itu sanggup mandi sehari tiga kali atau berganti busana hingga empat kali. Sedangkan dulu sebelum berhijab paling tidak hanya dua kali ganti.
Selain itu, Diana mengaku sang ibunda sempat tidak menyetujui keputusannya berhijab. Ibu Diana yang juga berprofesi sebagai atlet panahan takut bila prestasi putrinya turun sesudah menggunakan jilbab melihat teman-temannya mendapat hambatan sebab hal tersebut. Untuk itu, Diana berusaha meyakinkan ibunya bila hijab bukan menjadi penghalang semoga tetap berprestasi.
"Awalnya sama mama nggak boleh sebab banyak atlet panahan yang sesudah pakai hijab ia nembak turun prestasinya. Mama takut saya turun prestasinya. Aku berusaha meyakinkannya, waktu itu juga ada tanding ISG, Islamic Solidarity Games, terus saya bilang sama mama, 'Kalau menang saya akan pakai hijab terus ya'. Alhamdulillah menang dan mama bolehin," papar Diana.
Meski sibuk menuai prestasi di banyak sekali pertandingan olahraga panahan, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga itu tak melupakan tugasnya sebagai seorang pelajar. Ia tetap berusaha membagi waktunya untuk pendidikan. Diana tak ingin hanya sebab ia seorang atlet maka meninggalkan pendidikan.
Belajar psikologi menurutnya juga sangat mensugesti kegiatan sebagai atlet panahan. Mulai dari persiapan mental hingga menahan emosi sekarang Diana sanggup melakukannya dengan baik. Tak heran bila ia sudah beberapakali menyabet medali emas.
Wanita asal Surabaya itu pernah mendapat medali emas ketika Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016. Tak hanya itu, Diana juga mendapat medali emas pada SEA Games 2013 di Myanmar. Ada pula prestasi ketika Diana mengikuti Youth Olympic Games (YOG) 2014 dengan menduduki peringkat enam.
Post a Comment
Post a Comment