0 Comment
Foto: Devi S. Lestari / detikFoodFoto: Devi S. Lestari / detikFood

Jakarta - Indonesia mempunyai ribuan masakan khas dengan citarasa yang autentik. Saking banyaknya, beberapa masakan justru tergerus zaman dan semakin langka.

Semua makanan khas mempunyai rasa yang yummy namun sebab peminatnya berkurang, maka para penjualnya terpaksa menutup usaha. Alhasil, makanan khas ini menjadi langka dan sulit ditemui.

Meskipun termasuk langka, 5 masakan khas ini masih tetap dapat dinikmati. Di event Festival Jajanan Bango (FJB) 2019, 5 masakan legendaris ini turut hadir memanjakan pengecap para pencinta masakan Nusantara. Nah dari 5 makanan ini, mana yang pernah Anda coba?

1. Bubur Ase Bu Neh, Jakarta
Meski Sulit Dicari, 5 Kuliner Tradisional Ini Masih Bisa DicicipFoto: detikfood

Tak banyak yang tahu kalau bubur ase merupakan masakan orisinil Betawi. Bukan dengan kuah kari, bubur orisinil Jakarta ini disajikan dengan asinan sayuran dan kuah semur. Sesuai dengan namanya yakni ase yang merupakan abreviasi asinan semur.

Seporsi bubur nasi ini disajikan bersama asinan sawi, tauge, lobak dan irisan mentimun kemudian bubur disiram kuah semur tahu dan daging. Pelengkapnya ada kerupuk, kacang tanah goreng, bawang goreng dan sambal.

Bu Neh sudah berjualan bubur ase semenjak 1968 namun beberapa bulan kemudian Ibu Neh meninggal. Kini perjuangan bubur ase dilanjutkan sang putri. Kios bubur ase milik Bu Neh ada di Jl. Kebon Kacang 3 No. 83, Jakarta.

Baca juga : 5 Warung Makan yang Enak dan Ngengenin di Pasar Besar Malang

2. Sate Kuah H. Diding, Jakarta
Meski Sulit Dicari, 5 Kuliner Tradisional Ini Masih Bisa DicicipFoto: detikfood

Kios sederhana milik H. Diding ini sudah menyajikan sate kuah dan soto tangkar semenjak 1960. Bukan hal gampang mencari sate kuah di Jakarta, paduan antara sate sapi dan soto tangkar ini mulai sulit dicari.

Kini perjuangan soto kuah dilanjutkan anak H. Diding yakni H. Yayat. Pria ramah ini menjelaskan awalnya sang ayah tak sengaja menemukan resep sate kuah sesudah menemukan sisa jeroan. Jeroan ini dibakar dengan bumbu kemudian disajikan dengan kuah soto tangkar.

"Sekarang nggak pakai jeroan, pakainya daging." kata H. Yayat kepada detikFood ketika ditemui di program Festival Jajanan Bango (FJB) 2019. Tekstur empuk daging sapi berpadu dengan kuah soto tangkar yang gurih, rasanya bikin ketagihan. Kalau ingin tau eksklusif saja tiba ke Jl. Pasar Pagi II, Tambora, Jakarta Barat.

3. Cungkring Pak Jumat, Bogor
Meski Sulit Dicari, 5 Kuliner Tradisional Ini Masih Bisa DicicipFoto: detikfood/unilever

Pernah berkunjung ke daerah Jalan Suryakencana Bogor? Nah pastikan tak melewatkan seporsi cungkring ya. Tak banyak yang tahu kalau cungkring ialah salah satu camilan khas Bogor.

Cungkring ialah sebutan untuk abreviasi cungur dan garing. Isiannya ada cungur alias hidung sapi, kikil dan lontong dengan siraman bumbu kacang. Makin enak, cungkring dimakan dengan garing yakni gorengan tempe kering.

Kini putra pak Jumat yakni Pak Deden yang masih setia menjajakan cungkring dengan gerobak pikul. Meskipun sederhana, pelanggan cungkring ini tak pernah sepi dan rela antre.

4. Mangut Kepala Manyung Bu Fat, Semarang
Meski Sulit Dicari, 5 Kuliner Tradisional Ini Masih Bisa DicicipFoto: Istimewa

Ikan manyung banyak hidup di Semarang, ikan khas ini paling enak dimasak jadi mangut. Kedai Bu Fat jadi salah satu warung mangut ikan manyung yang populer di Semarang.

Warung legendaris ini sudah ada semenjak 1969 dan sekarang usahanya dilanjutkan cucu Bu Fat yakni Winda. Sebelum dimasak dengan banyak sekali bumbu, ikan manyung lebih dulu diasapi. Sensasi rasa ikan asap akan berpadu dengan kuah gurih berbumbu pekat dengan rasa yang pedas.

Makin enak lagi menyantap mangut ini dengan seporsi nasi hangat. Karena ukurannya besar, satu potong kepala manyung ini dapat dinikmati sampai lima orang. Kedai mangut manyung Bu Fat ini beralamat di Jl. Sukun Raya No. 36, Banyumanik, Semarang.

Baca juga : Kalau ke Bali, Jangan Lewatkan 7 Warung Legendaris Ini

5. Nasi Pindang Pak Ndut, Semarang
Meski Sulit Dicari, 5 Kuliner Tradisional Ini Masih Bisa DicicipFoto: Instagram

Nasi pindang merupakan makanan khas Kudus, namun salah satu kedai yang legendaris yakni milik Pak Ndut. Dalam versi asli, nasi pindang biasa dibentuk dengan daging kerbau namun di kedai Pak Ndut ini memakai daging sapi.

Kedai ini setidaknya sudah beroperasi lebih dari 30 tahun, sekarang usahanya dilanjutkan oleh generasi kedua. Nasi pindang berisi pecahan daging sapi, hati, iso, paru sampai kikil yang diguyur kuah pindang gurih segar.

Penasaran dengan kelezatan nasi pindang Pak Ndut? Buktikan saja di kedainya yang berlokasi di Jl. Gajahmada No. 98B, Kembangsari, Semarang.

Post a Comment

Post a Comment

 
Top