Jakarta - Ria Ricis menghebohkan jagat internet ketika beliau mengumumkan pamit dari YouTube. Pengumuman yang secara tiba-tiba itu tak ayal menciptakan para penggemar menyayangkan keputusan YouTuber dengan 15 jutaan subscribers tersebut.
Hanya dua hari sesudah 'berpamitan', Ria Ricis menciptakan pernyataan kalau beliau tak jadi hengkang dari platform video yang telah membesarkan namanya itu. Adik dari aktris Oki Setiana Dewi ini pun akan kembali menciptakan konten-konten menarik bagi penggemarnya.
Sebelum memutuskan kembali ke ranah YouTube, Ricis sempat mengutarakan alasan, kenapa beliau pamit dan meliburkan tim produksinya. Gelisah dan jenuh, dikatakannya jadi penyebab yang menciptakan ia terpikir untuk mundur. Ricis merasa selama ini ia hanya mengulang konten dan ingin mencari sesuatu yang berbeda.
Ria Ricis pamit dua hari dari YouTube. Foto: Noel/detikFoto |
Ricis merupakan satu dari banyak YouTuber dan kreator konten yang pernah mengalami titik jenuh. Memiliki puluhan hingga ratusan juta subscriber tidak selalu memotivasi mereka untuk menyajikan konten menarik, tapi justru berujung pada kebosanan. Istilah populernya, 'burnout'.
Sebut saja Alisha Marie, Casey Neistat, Kati Morton, Michelle Phan dan Chris Boutte. Semuanya ialah YouTuber dengan jutaan subscriber. Semuanya juga pernah mengalami rasa jenuh hingga ingin berhenti jadi kreator konten.
Sekitar satu tahun kemudian vlogger dengan subscriber 8 jutaan Alisha Marie menyatakan kalau beliau tidak lagi merasa besar hati dengan konten-konten yang ia buat. Karenanya, Alisha ingin rehat sejenak dari YouTube.
"Aku memutuskan rehat dari channel ini. Aku hanya merasa tidak lagi menyerupai diriku yang biasanya, dan dulu saya merasa besar hati dengan setiap video yang diunggah, dan ketika kini melihat semua yang pernah kuunggah, saya (merasa) terbakar habis (burnout)," ungkapnya di video 'pamitan' kala itu.
Hal yang sama juga terjadi pada komika dengan 14 juta subscriber, Lilly Singh, yang mengumumkan pamit pada November 2018. Dia memutuskan berhenti dari YouTube sementara waktu.
Komika dan YouTuber Lilly Singh. Foto: Getty Images |
"(YouTube) dan semacamnya ialah mesin yang menciptakan para kreator percaya kalau kita harus terus menciptakan konten secara konsisten meskipun harus mengorbankan kesehatan dan kehidupan dan kebahagiaan mental. Aku tidak mau mengikuti hukum itu. Mungkin saya akan rehat seminggu, atau sebulan. Belum tahu," ucapnya.
Kejenuhan atau burnout yang dialami Youtuber ternama merupakan buah dari popularitas mereka sendiri. Dari luar, profesi sebagai kreator konten memang terlihat menggiurkan, menciptakan banyak orang iri. Memiliki kontrol penuh terhadap pekerjaan, pundi-pundi uang yang terus mengalir, banyak penggemar, jalan-jalan atau makan gratis, juga kiriman banyak sekali produk berharga mahal.
Namun yang tidak disadari secara kasat mata, otak mereka harus terus berpikir keras untuk menghasilkan konten yang menarik minat audiens untuk selalu mampir ke channel-nya. Lama kelamaan mereka merasa perjuangan yang dilakukan tidak pernah sepadan dengan apa yang didapat.
Baca juga: Ketika Para YouTuber Tenar Mengaku Kelelahan |
"Burnout terjadi ketika imbalan dari apapun yang kita lakukan tidak sepadan dengan (atau melebihi) perjuangan yang telah dilakukan. Semacam kelelahan fisik dan mental yang disebabkan oleh kehidupan profesional seseorang, jadi merasa terbebani," terperinci psikolog Kati Morton, menyerupai dikutip dari Insider.
Kati juga mengambarkan bahwa menapaki karier di dunia online, menyerupai YouTuber misalnya, menciptakan seseorang sanggup melihat pencapaian mereka setiap waktu. Sudah sanggup menyaingi siapa? Komentar menyerupai apa yang muncul dari sebuah postingan? Berapa banyak penonton yang melihat? Pikiran-pikiran itu pada hasilnya menciptakan kreator konten lebih cepat tahu sejauh mana kesuksesan mereka, tapi di ketika yang sama, akan segera sadar juga ketika mereka tidak sesukses yang diharapkan.
Michelle Phan salah satu beauty vlogger yang mundur dari Youtube. Foto: Dok. Instagram |
"Internet itu tidak pernah tidur, jadi sering kali kita juga begitu. Bekerja setiap waktu menciptakan kita tidak memerhatikan diri sendiri. Seberapa besar apa pun penghargaan yang didapat tidak akan pernah sanggup menyamai perjuangan dan kerja keras yang sudah dibuat," tutur psikolog yang juga seorang YouTuber ini.
Kati memaparkan beberapa tanda kalau 'jiwa' seseorang sudah mengalami burnout ialah merasa lelah setiap waktu. Tak peduli berapa usang waktu tidur yang didapat. Gejala lainnya ialah gampang tersinggung, marah, mood tidak stabil, dan selalu merasa jauh dari kesuksesan.
Beberapa kreator yang mengalami burnout juga terkadang melampiaskan persoalan mereka ke fans atau subscriber. Ketika ada audiens yang meminta YouTuber upload video baru, mereka menganggap ajakan itu sebagai bentuk 'ke-kepo-an' dan mengganggu. Padahal maksud para penggemar mungkin tidak menyerupai itu.
Sementara berdasarkan Katherine Lo, peneliti komunitas online dari University of California, penyebab burnout para YouTuber tidak semata lantaran harus menjaga frekuensi dan konsistensi konten mereka. Tapi sifat pekerjaan non-konvensional menyerupai ini menuntut YouTuber untuk selalu menjaga kedekatan mereka dengan audiens. Untuk itu platform yang harus dikelola tidak hanya YouTube tapi juga media umum lainnya menyerupai Instagram atau Twitter, yang masing-masing memerlukan teknik penulisan dan pendekatan berbeda lagi.
"Eksploitasi semacam ini yang sering kali tak terlihat tapi sangat berkontribusi mengakibatkan stres berkepanjangan. Dalam beberapa kasus sanggup memicu PTSD (serangan panik), terutama ketika para kreator ini jadi korban pelecehan, terancam keamanan dan privasinya, atau berada di lingkungan yang beracun," terangnya, menyerupai dikutip dari Guardian.
Simak Video "Cantik! Saat Tisu Toilet Disulap Kaprikornus Gaun Pengantin"
[Gambas:Video 20detik]
Post a Comment
Post a Comment