Banda Aceh - Kuliner khas Simeulue, Aceh yaitu memek ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2019. Makanan seakan-akan bubur ini dibentuk dari beras dan pisang
"Untuk Aceh ada empat karya budaya yang masuk WBTB, ada Memek dari Simuelue dan Gutel dari Aceh Tengah sebagai domain kemahiran dan kerajinan tradisional," kata Kadisbudpar Aceh Jamaluddin dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Minggu (18/7/2019).
Dua karya lain yang ditetapkan sebagai WBTB yaitu Sining dari Aceh Tengah sebagai domain seni pertunjukan dan Silat Pelintau dari Aceh Tamiang sebagai domain tradisi dan ekspresi lisan.
Foto: Agus Setyadi/detikcom |
Menurutnya, Disbudpar Aceh bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh-Sumut awalnya mengusulkan 11 karya budaya untuk ditetapkan sebagai WBTB. Namun hanya empat yang lolos verifikasi dan dinyatakan memenuhi syarat. Penetapan karya budaya itu dilakukan dalam sidang yang berlangsung pada 13-16 Agustus di Hotel Millennium, Jakarta.
"Dengan ditetapkan empat karya budaya tersebut, maka dikala ini ada 34 jumlah karya budaya Aceh yang telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia," terperinci Jamaluddin.
Jamaluddin berharap kabupaten/kota di Aceh aktif mencatat warisan budaya di wilayahnya. Hal itu sebagai upaya dukungan terhadap karya budaya lokal dari kepunahan dan klaim budaya dari negara lain.
Sekadar informasi, Aceh kaya akan kuliner, salah satunya adalah memek. Meski namanya berkonotasi negatif, tapi masakan khas pulau Simeuelue ini bikin ketagihan. Bentuknya sekilas seakan-akan dengan bubur. Namun dikala dimakan, rasa pisang dan beras gonseng lebih terasa. Aroma dari beras yang disangrai juga menusuk ke hidung.
Foto: Agus Setyadi/detikcom |
Untuk menciptakan memek, materi yang harus disediakan yaitu beras ketan yang sudah digonseng atau disangrai, pisang sesuai selera, santan biasa tidak kental atau tidak encer, garam dan gula. Setelah semuanya siap, pisang selanjutnya ditumbuk agresif sehingga tekstur pisangnya masih ada dan lalu dicampur dengan semua materi tadi.
"Proses pembuatannya butuh waktu satu jam. Karena kita harus menggonseng beras terlebih dulu. Berasnya harus beras ketan," kata seorang penjaga stand masakan Simeulue pada event Pekan Kebudayaan Aceh (PKA), Almawati dikala ditemui, Sabtu (11/8/2018).
Menurut Almawati, nama memek ini bahwasanya mempunyai arti mengunyah-nguyah atau menggigit. Pada masa dulu, nenek moyang mereka kerap mengunyah-nguyah beras ketan yang sudah dicampur pisang sehingga muncul istilah mamemek. Lambat laun, kuliner tersebut disebut dengan memek.
"Ini kuliner khas Simeulue, warisan lelulur. Tidak boleh diganti namanya. Di tempat kami tetap bilang namanya memek," terperinci Almawati.
Simak Video "Sensasi Rujak 'U Groh' yang Pecah di Mulut!"
[Gambas:Video 20detik]
Post a Comment
Post a Comment