0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Kata orang; dari mata turun ke hati. Nah klo udah di hati, harus gimana? Ya hati-hati, eehh #ngaco. Yaah, tapi mau gimana lagi? Intinya kan semua itu memang berawal dari pandangan, mata. Kita dapat menilai sesuatu alasannya ialah semua berasal dari pandangan mata kita. Tapi tidak dapat dipungkuri sih kalau sesuatu yang baik yang dilihat diawal ternyata berbeda dari apa yang jadi kenyataan sebenarnya.


Eeh, eehh, ini ngomongin apaan sih? Makara gini, postingan kali ini ceritanya mau menanggapi postingan Optimisme: Kunci Sukses Meraih Mimpi

Gak cuma itu aja sih sebenarnya, niscaya sering dong yah kita melihat nenek-nenek bau tanah yang mengemis di lampu merah (boleh ya, sebut lampu merah aja bukan lampu kemudian lintas), apa yang terlintas di benak kita? Kasihan, iba, atau masbodoh saja? Jawaban kembali pada diri sendiri, apa yang kita fikirkan dikala itu. Rasanya akan ada yang terbersit juga difikiran kita bilang koq dapat ya? Kemana saja anak-anaknya hingga tega membiarkan orang tuanya mengemis di jalanan menyerupai itu. Merasakan panasnya terik matahari dan juga dinginnya hujan. 

Tapi kita bakalan kaget deh klo suatu hari tahu bahwa nenek-nenek bau tanah yang biasa kita lihat mengemis di jalanan ialah bekerjsama tidak menyerupai yang kita bayangkan. Buktinya mereka dapat mentraktir anak cucunya makan di angkringan atau bahkan rumah makan. Lalu kembali lagi muncul pertanyaan, apa yang Anda fikirkan? 😁 Ini sih dongeng Tante saya, suatu hari ia jalan ke pasar dan melihat nenek-nenek bau tanah yang biasa dilihatnya di lampu merah sedang mentraktir anak cucunya makan di warung tenda. Gleekk, ternyata oh ternyata. 

Hmm, di Kendari sini tidak hanya di lampu merah sih nenek-nenek bau tanah sering beraksi mencari belas kasih dari warga sekitar. Tapi bahkan ada yang door to door! Begitu lihat pagar rumah atau pintu terbuka lebar, tiba-tiba muncul nenek-nenek bau tanah dengan penampilan yang sangat memprihatinkan sambil membawa karung atau sarung bekas minta beras atau uang seikhlasnya. Katanya sih belum makan. Tapi ternyata uang ataupun beras itu kembali dijual bahkan konon katanya mereka itu berinvestasi dengan emas. Jadilah mereka akan ke pasar dengan memakai pelengkap yang dijejer di tangan mereka. Subhanallah! Benar-benar yah. 

Sejak tahu ada dongeng yang menyerupai itu, rasanya saya jadi gemes dan hilang deh rasa prihatin. Duuh maafkan saya Yaa Allah. Padahal semenjak kecil loh saya sering melihat agresi nenek-nenek bau tanah yang mampir dari rumah ke rumah menyerupai itu, dan tidak jarang ada juga yang mampir ke rumah kalau lihat pintu pagar rumah kebuka. Aahh sudahlah, mungkin mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan atau mungkin saja mereka terpaksa melaksanakan itu demi mendapat rasa simpati dari orang yang melihatnya, biar lebih gampang mendapat apa yang mereka inginkan. 
Yaahh, begitulah pandangan mata. Tidak semua yang kita lihat baik itu emang benar-benar baik, begitupula sebaliknya tidak semua yang kita lihat jelek itu juga jelek adanya. Seperti halnya buah durian, meskipun di luarnya penuh duri tapi di dalamnya berisikan buah yang sangat banyak digemari orang, bahkan sering disebut rajanya buah. Ahh, jadi pengen makan durian deh ihh. Tapi sayangnya kini lagi gak boleh, heheheh. 

Anyway, ada yang punya dongeng perihal pandangan mata juga kah? Mari mengembangkan dongeng juga yuks 😊




 

Post a Comment

 
Top