Jakarta - Kelihatannya memang hanya jadi wadah untuk berkumpulnya orang-orang pencinta kuliner. Tapi di balik itu, komunitas kuliner juga punya hambatan dan kesulitan.
Diungkapkan Mariska selaku Founder Belanga Indonesia, dalam komunitas memang tidak ada sistem keterikatan semua dapat saja masuk dan bergabung. Namun terkadang sulit mengajak anggota komunitas ini untuk konsisten.
"Nggak ada kita hitam di atas putih, ini bukan lembaga, ini kumpulan orang-orang yang basisnya suka makan. Nggak dapat kita maksa mereka ikut di event kita, alasannya yakni kadang hambatan terbesar itu soal waktu ya," kata Mariska dikala ditemui detikFood beberapa waktu lalu.
Foto: detikfood |
Beda lagi dengan Lidia Tanod, moderator komunitas Jalansutra. Menurut Lidia, tantangan terbesar dalam sebuah komunitas masakan itu mengajak orang untuk mengikuti aktivitas pelestarian kuliner.
"Gimana orang tertarik ikut aktivitas kita, alasannya yakni kendalanya waktu. Terhalang waktu, biaya, jarak," kata Lidia kepada detikFood.
Dalam komunitas Jalansutra ini memang kerap melaksanakan banyak sekali aktivitas salah satunya berkumpul untuk menggelar diskusi ihwal kuliner Indonesia. Namun sayangnya dikala program digelar, beberapa orang tidak dapat hadir alasannya yakni duduk masalah waktu.
Foto: Jalansutra |
Sementara dari Komunitas Indonesian Food Blogger (IDFB) yang digawangi Anne juga tak luput dari kendala. Hambatan awalnya diakui Anne sangat terasa dikala gres memulai komunitas.
"Memulai komunitas dari nol, di dikala blogger belum dapat menghasilkan apa-apa. Ya founder harus berkorban banyak dari segi waktu, tenaga juga uang," kata Anne.
Komunitas berbasis online ini kini memang kadang menjadi ladang komersil. Namun Anne mengaku tak selalu dapat menguntungkan. "Bagaikan bisnis ya, nggak selalu menguntungkan. Itu bila mau dihitung secara komersil tapi saya sebagai founder tidak semata menilai dari situ," lanjutnya.
Anne menyampaikan ada saja anggota yang kadang tidak mematuhi hukum main. "Ada yang lewat deadline hehe, alasannya lupa atau lagi di luar kota. Tapi biasanya mereka kasih tau sebelumnya sih dan ini jadi siasat buat kita antisipasi. Hambatan kecilnya ya ini," kata Anne.
Foto: Instagram IDFB |
Lebih lanjut Anne juga menyampaikan kini anggota komunitasnya sudah lebih sering review kuliner atau restoran sendiri jadi intensitas untuk meet up jadi lebih jarang. "Dulu memang kita adakan rutin review restoran bareng-bareng, tapi kini malah jarang. Pengen lagi kumpul-kumpul tapi memang susah nentuin waktu," lanjut Anne.
Setiap komunitas masakan nyatanya memang tak dapat luput dari kendala. Namun pastinya setiap hambatan dapat diatasi dengan banyak sekali cara, buktinya beberapa komunitas di atas dapat terus eksis dan anggotanya semakin banyak.
Post a Comment
Post a Comment