Jakarta - Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi kanker di Indonesia meningkat. Pada tahun 2013 bencana kanker ada di angka 1,4 per 1.000 penduduk kemudian tahun 2018 angka naik menjadi 1,8 per 1.000 penduduk.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam perayaan Hari Kanker Sedunia 2018 menyampaikan bahwa hal ini harus jadi perhatian. Menurutnya 43 persen perkara kanker dapat dicegah bila saja orang-orang menerapkan gaya hidup sehat dan rajin melaksanakan investigasi dini.
"Jadi artinya kita belum berubah. Kanker makin meningkat dan biayanya tentu makin mahal," kata Menkes Nila ketika berbicara di Gedung Sujudi, Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/2/2019).
Menanggapi hal tersebut Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Profesor Dr dr Soehartati A. Gondhowiardjo, SpRad (K) OnkRad, punya komentar lain. Menurut dokter yang bersahabat disapa Prof Tati ini, peningkatan angka prevalensi dapat alasannya yaitu beberapa hal yang tidak selalu negatif.
Sebagai tumpuan dapat jadi ada peningkatan kesadaran terhadap kanker sehingga orang-orang menentukan memeriksakan dirinya bila ada tanda-tanda mencurigakan. Hal ini didukung juga oleh peningkatan terusan layanan medis alasannya yaitu biaya berobat ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Riset tahun kemudian 2013 sebelum BPJS yang tahun 2014. Riset kini tahun 2018 kelihatan meningkat ya alasannya yaitu BPJS juga yang menawarkan kesempatan untuk orang selama ini 'bersembunyi' jadi keluar," kata Prof Tati ketika ditemui di kesempatan yang sama.
"Jadi banyak faktor alasannya yaitu beliau juga tidak akan keluar bila tidak ada awaraness," lanjutnya.
Post a Comment
Post a Comment