0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Selamat tanggal 20, saatnya ketemu lagi dengan postingan sebelumnya juga yah. 

Setelah tema pertama, kami rapat virtual aka di group WA untuk bahas tema selanjutnya. Sempat muncul masukan tema yang ingin dipakai untuk tema kedua tapi tampaknya belum klik, mungkin sanggup dijadikan tema di lain waktu saja. Untuk kali ini kami setuju tetapkan untuk mengambil tema ihwal "Cita-Cita Masa Kecil". Ahaaaay, ngomongin soal impian masa kecil nih kita, artinya kita bakalan flash back dikit ke belakang yah 😃


Jangan lupa baca kisah personil Sultra Blogger Talk yang lain juga ya: 

Ngomongin soal impian masa kecil, ada yang masih ingat gak sih apa cita-citanya dulu? Gimana perkembangan cita-citanya? Apa tercapai? Atau malah sebaliknya gak sama sekali? Ahaaayy, klo gak sama sekali sih itu mah saya. Iyah, saya. Saya salah satu dari (mungkin) sekian orang yang punya impian yang berbeda dari kenyataan yang ada. Sudah jalannya ibarat ini, Alhamdulillah tetap harus selalu disyukuri 😊

Well, emang apa sih Di impian masa kecilnya dulu? 

Klo ditanya ibarat ini, aku akan jawab: Cita-cita masa kecil aku itu standard aja ibarat impian anak kecil lainnya [kala itu]. Penasaran gak sih itu? *dengan back sound horror* 😆 

Alkisah pada jaman aku SD dulu, aku dan teman-teman sering banget tukar-tukaran Diary yang isinya itu biodata kami. Iyah, biodata bukannya curhatan melow, klo itu mah rahasia. Biasanya sih diary tapi kadang juga kami membuatnya dalam sebuah binder. Ceritanya supaya lebih up close and personal gitu, haalaaahh (baca = lebih dekat), sanggup tahu sama tahu ihwal impian kami, idola kami, pesan dan kesan *hiyyaaa* terus sehabis isi diary itu biasanya sih saling ngeledekin hihihih tapi kami tetap enjoy aja. Yaah namanya juga anak-anak, masih polos, masih belum baper-baperan, hahahah. 

Lalu, gimana dengan impian masa kecil saya? Seperti yang aku bilang tadi klo impian masa kecil aku itu sangatlah standar. Pengen jadi Dokter! Hahahah. Jaman itu mah kita klo ditanya impian ya jawabnya sanggup ibarat vocal group, saking kompaknya 😜

Jangan tanya ya kenapa pengen jadi dokter. Gak tahu, tampaknya sih supaya lebih kekinian ajah, hahahah. Intinya mah aku masih labil dan gak tentu arah. Belum benar-benar mengerti apa itu impian yang sebenarnya. Walau siih impian itu masih bertahan sampai masuk SMP, iyah klo ada kolom biodata impian niscaya masih setia menulis ingin jadi dokter. Tapi makin kesini rasanya aku udah melupakan impian aku itu. Apalagi waktu Sekolah Menengah Pertama itu, pertama kalinya berguru Bahasa Inggris dan ketika penerimaan raport nilainya jongkok, hiikss syeediiihhh. Makin usang bukannya jadi benci berguru Bahasa Inggris itu tapi aku malah jadi bahagia untuk terus belajar. Apalagi waktu pindah sekolah, kelas 1 cawu 2 aku pindah ke Sekolah Menengah Pertama 1 Kolaka aku sanggup Guru yang menyenangkan. Naik kelas 2 ternyata Gurunya tetap sama, makin bahagia deh belajarnya kemudian semangat untuk ikutan kursus juga. 

Baca juga: Belajar Bahasa

Jadilah kelas 2 Sekolah Menengah Pertama iti mulai masuk kursus Bahasa Inggris, semakin berguru bahasa linggis Inggris eh malah semakin bahagia aja untuk terus tahu ihwal bahasa tersebut. 

Lalu, apa kabar dengan impian masa kecil yang ingin jadi Dokter itu? Ooh ternyata, rupanya impian itu mulai tergerus oleh waktu. Cita-cita hanyalah tinggallah impian semata yang awet dituliskan di diary-diary itu saja. Nyatanya kelas 3 SMA, aku lebih menentukan untuk masuk ke kelas Bahasa daripada kelas IPA padahal nilai aku lebih dari cukup untuk sanggup masuk di kelas IPA. Wali Kelas di Kelas 2 kelihatannya sedikit kecewa dengan keputusan aku itu tapi Beliau tidak sanggup memaksa aku untuk mengikuti keinginannya, toh yang akan menjalaninya kan aku sendiri, bukan orang lain apalagi Pak Guru,  heheheh.  

Di kelas 3 Bahasa itu kami diberi pelajaran Bahasa Asing lainnya selain Bahasa Inggris, Bahasa Jerman tepatnya.  Semakin semangat lagi deh belajarnya dan tidak merasa salah pilih jurusan. Sebenarnya sih jadi lebih bahagia berguru Bahasa Jerman itu, pengennya sih lanjut untuk ambil jurusan Bahasa Jerman tapi sayangnya rejekinya lulus di Pendidikan Bahasa Inggris. Sudahlah, benar-benar Wassalam deh itu impian masa kecil yang semakin terlupakan.  

Yaah, ibarat begitulah impian masa kecil aku yang hanya sebatas impian semata tanpa realita. Sudah rejekinya jadi Admin bukan Dokter, semua disyukuri alasannya jalan hidup sudah ditentukan. Tinggal gimana kita menjalani tugas kita ini.  

Itu impian masa kecilku. Bagaimana denganmu? Sharing juga yuk di kolom komentar di bawah 😊



 

Post a Comment

 
Top