0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Mumpunng masih Agustus, masih hangat-hangatnya perayaan 17 Agustusan dan juga sebelumnya ada Pekan Asi Dunia yang juga disambut bangga ria oleh Para Mama sedunia, maka kini saya pun ingin membuatkan Warna-Warni Cerita ngeASI saya *duileeehh, bahasanyaaaaaa* :">


Air Susu Ibu atau yang lebih dikenal dengan sebutan ASI yaitu salah satu anugerah yang terindah yang Tuhan berikan kepada seorang perempuan. Tidak dipungkuri lagi kalau ASI itu punya begitu banyak manfaat bagi Bayi maupun sang Ibu. 

Alhamdulillah, ketika ini saya masih terus ngeASI Faraz. Di umurnya yang hampir 21 bulan saya tetap semangat memberinya ASI. Bahkan ketika ngeASI itulah menjadi me time saya, our time kami tepatnya. Memberikannya ASI menjadi kewajiban bagi saya, emang ini sudah nadi niat dari awal saya bahkan jauh sebelum menikah saya sudah tanamkan dalam hati untuk sanggup mengatakan ASI ke bawah umur saya nantinya. 

Saat hamil, yang ada di otak saya yaitu bahwa klo sehabis melahirkan itu bayi wajib menjalani proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) alasannya yaitu dengan IMD anak akan mendapat ASI pertama dari ibunya, kolostrum yang katanya yaitu cairan terbaik buat kesehatan bayi, sebagai anti body paling mujarab buat sang bayi. Jadilah saya benar-benar niat yang kuat supaya saya tidak melewatkan proses sakral tersebut. Yeaay, dan Alhamdulillah kami pun berhasil melaluinya. 

Tapi sayang, pengetahuan saya perihal ASI memang sangat minim kala itu. Sekarang gimana? Sekarang pun gotong royong belum cukup, masih harus terus diupgrade! 

Waktu itu saya cuma bermodalkan niat yang kuat ingin menjalani IMD dan juga ingin menyusui bawah umur saya kelak hingga dua tahun. Jadilah saya tidak tahu bahwa bayi gres lahir itu masih punya cadangan kuliner dan sanggup bertahsn hingga tiga hari meskipun tanpa mendapat ASI atau cairan lain sebagai makanannya. Kenapa sanggup demikian? Karena bayi sudah dibekali cadangan energi dari lemak cokelat yang ditransfer ketika masih di dalam rahim Ibu. Karena minimnya edukASI itu,  saya pun hanya terima-terima saja waktu perawat ingin memberi sufor ke bayi saya, bahkan memisahkan saya semalaman dengannya alasannya yaitu alasan bayi mungil itu perlu diberi minum tiap tiga jam sekali. Untungnya kondisi Faraz kecil ketika itu normal semuanya, jadi kami tidak perlu nginap usang di Rumah Sakit dan saya sanggup mengatakan ASI kepadanya. 

Sebagai new Mom, saya pun sadar harus banyak belajar. Jadilah saya dengan semangat ikut join group parenting, saya harus berguru perihal ASI, cara merawat anak, dan lain sebagainya. Secara kan yah saya benar-benar newbie dalam hal ini. Dari ikut group itulah saya pun jadi tahu bahwa ternyata anak bayi itu punya cadangan makanan. Oh, dan semakin menyesal lah saya sehabis tahu itu, hiks. Maka saya pun semakin kuat ingin mengatakan yang terbaik ke anak saya, salah satunya tidak ingin kasih sufor atau minuman maupun kuliner lain selain ASI saya hingga usianya 6 bulan, pokoknya wajib ASI ekslusif selama 6 bulan! Itu yang jadi niat lingkaran saya. Dan dalam hati, saya pun berniat kalau nanti diberi rejeki anak lagi saya tidak akan mengulangi hal yang sama lagi. Saya tidak ingin mengatakan sufor ke bayi saya yang gres lahir hingga usianya 6 bulan. Sekali lagi, saya ingin mengatakan ASI langsung selama 6 bulan ke anak saya.

Sumber: Buku Superbook for SUPERMOM - Tim Admin Group Sharing ASI-MPASI (SAM)

Hari berlalu dan Alhamdulillah saya tidak menemukan hambatan dalam tunjangan ASI. Saya masih terus berguru perihal ASI, bagaimana cara peletakan yang baik. Mengenal istilah growth spurt, kondisi dimana anak yang terus menerus ingin menyusu, ibarat tidak ingin lepas dari nen mamanya. Yaay, Faraz pun mengalami hal itu. Jadilah grafik berat badannya terus meningkat di tiap bulannya ketika saya membawanya ke Dokter Anak untuk imunisasi. Senang sekali melihat grafik pertumbuhannya yang terus naik itu, badannya yang chubby, menggemaskan. Pokoknya banyak hal perihal ASI dan seputaran perawatan anak saya sanggup di group, Sharing ASI-MPASI itu. Bahkan waktu buku group SAM ini launching saya dengan semangat ikut membeli bukunya juga :D


Menyusui Dua Bayi; Bukan Bayi Kembar

Makara ceritanya Ipar saya melahirkan bayi perempuannya pada ketika usia kehamilan saya 6 bulan. Waktu lahiran pun, sayalah yang menemani Ipar. Itu yaitu kali kedua saya menemaninya melahirkan, ketika lahiran sebelumnya pun saya juga yang menemani bersama Kakak. Saya dengan dag dig dug ikut melihat proses bayinya keluar dari rahim hingga bidan menuntaskan tugasnya hingga tuntas. Waktu itu saya masih gadis, 2012. Dengan rasa ingin tau saya melihat proses itu semua, walau Ipar melarang saya alasannya yaitu beliau gak mau klo saya jadi trauma. Tapi saya ngotot dan ingin lihat, biar saya tahu dan sadar bagaimana beratnya usaha seorang Ibu melahirkan anaknya. Nah, berbeda dengan lahiran Ipar saya di 2014 itu alasannya yaitu kondisi saya yang sedang hamil 6 bulan, saya memutuskan tidak mendampingi Ipar saya. Saya cuma menunggunya di depan ruang bersalin sambil sibuk menelpon Kakak alasannya yaitu belum juga hingga di Rumah Sakit, sebelumnya doi balik ke rumah dulu ambil barang yang tertinggal. Tapi ternyata proses lahirannya lebih cepat dari asumsi dokter sekalipun, jadilah si Bayi lahir tidak menunggu sang Bapak mendampingi sang Mama. 

Sejak itu saya menclaim bawah umur mereka yaitu bawah umur saya juga, alasannya yaitu saya ikut melihat proses lahirannya. Saya bilang ke Ipar, nanti klo saya sudah lahiran pas banget itu klo Ipar juga harus masuk kerja lagi. Kata saya, nanti saya ikut menyusui si Bayi juga. Sayangnya ketika itu Ipar menolak, kata beliau gak boleh alasannya yaitu nanti mereka akan jadi saudara (susuan). Ditambahinya lagi: "saudara gak boleh nikah, kita kan gak tahu apa yang akan terjadi nanti", begitu katanya. Yang langsung dibantah ama Kakak, "lah, gimana mau nikah klo dari kecil sudah dibesarkan bersama, mereka kan memang saudara". Prediksi Dokter Kandungan, klo bayi dalam rahim saya berjenis kelamin laki-laki, sementara anak Kakak saya perempuan. Hihihih,  daripada terjadi perang, saya pun bilang iyah ajah untuk tidak menyusui si Bayi perempuan. 

Tiga bulan berlalu, saatnya saya melahirkan. Alhamdulillah, prediksi Dokter benar. Bayi pria ganteng itu pun lahir. Masa cuti Ipar saya juga sudah habis, beliau juga sudah mulai masuk kantor semenjak beberapa hari sebelum saya melahirkan. Karena Ipar saya juga niat ingin mengatakan ASI ekslusif ke anaknya, jadilah beliau harus bolak-balik kantor ketika jam istirahat. Kenapa tidak pumping saja? Alasannya alasannya yaitu si Bayi ini tidak suka minum ASI kalau bukan langsung dari sumbernya. Alasan lain alasannya yaitu di rumah tidak ada kawasan untuk stock ASIP, kulkas di rumah satu pintu dan ukurannyapun  kecil. Jadilah dengan semangat 45 Ipar menjalani hari bolak-balik kantor ketika jam istirahatnya. 

Melihat keadaan itu, saya pun kembali mengatakan si Bayi wanita yang diberinya nama Nayra itu supaya saya susuin juga. Klo Kakak saya sih sepakat saja dengan proposal saya, Mama, Tante dan yang lainnya pun juga ikut setuju. Awalnya Ipar kembali menolak, masih dengan alasan yang sama tapi karenanya beliau pun juga ikut setuju. Saya pun mulai menyusui dua bayi :)

Kata orang-orang, menyusui anak pria berbeda dengan anak perempuan. Katanya, anak pria lebih heboh ketika menyusu ketimbang anak perempuan. Yaah, apalagi jarak antara bayi yang gres lahir dan yang sudah tiga bulan umurnya, niscaya berbeda pula. Karena setiap anak, punya masing-masing kebutuhan. Tapi Alhamdulillah saya menjalaninya dengan santai dan sangat menikmati masa-masa menyusui dua bayi saya ini. Saat dimana Si Adik lepas nyusu, Si Kakak pun dibawa ke samping saya untuk mendapat jatahnya juga, jadilah ibarat punya bayi kembar. Tidak jarang saya pun menyusui mereka bersamaan. Saya menyusui ponakan saya ketika Mamanya ke kantorp, tapi kalau Ipar pulang Faraz pun sanggup jatah juga, ASIP dari Kakak Ipar saya. 

Bagaimana dengan Faraz? Apakah beliau juga menyusu ke Tantenya? Ohh sayangnya tidak. Ntah kenapa Faraz gak mau menyusu, pernah sih mau tapi cuma sesekali doang itupun juga durasinya sangat singkat, hihihih. 

Hari berlalu, bayi-bayi saya pun Alhamdulillah tumbuh dengan sehat. Keduanya masih terus mendapat ASI dari saya. Jika Ipar libur dinas, bayi Nayra tidak mampir ke rumah artinya saya pun tidak ketemu dengannya dan hari itu saya libur menyusuinya. Duuh, rasanya ada yang kurang kalau sehari tidak menyusui keduanya. Seiring dengan pertumbuhan masing-masing, gigi-gigi mereka pun mulai muncul. Mulai deh  drama luka pada puting, tapi hal itu tidak menurunkan semangat saya untuk mengatakan mereka ASI. Siklus menyusui tiap hari itu terus berlanjut hingga di April yang kemudian saya memutuskan untuk bekerja lagi. Tapi tiap kali ketemu Nayra saya niscaya akan memberikannya 'jatah' ASI :)


Baca juga: Pentingnya Pumping Bagi Ibu Menyusui



Saat ini umur Nayra sudah masuk 2 tahun (19 Agustus) sedangkan Faraz 26 Agustus besok gres akan 21 bulan. Faraz Alhamdulillah masih ASI dan InsyaAllah akan terus ASI hingga usia 2 tahun. Bahkan hingga ketika ini saya belum ingin memikirkan bagaimana cara saya menyapihnya nanti, saya masih sangat ingin menyusuinya terus, alasannya yaitu ketika menyusuinya lah saya sanggup merasa lebih akrab lagi dengan Faraz alasannya yaitu sepanjang hari kami berpisah. Sedangkan Nayra sudah terlebih dahulu lepas ASI. Meskipun niat awal Mamanya ingin memberi ASI hingga 2 tahun tapi alasannya yaitu Idulfitri kemarin itu Kakaknya Nayra harus dirawat di Rumah Sakit dan Mamanya menemani dan menjaga Kakak Tita itu jadilah Nayra lepas ASI sebelum waktunya. Saya ketika itu sedang pulang kampung ke kampung Pak Suami, jadi tidak sanggup terus memberi ASI ke bayi Nayra. Saya pun gres tahu kalau Nayra lepas ASI itu menjelang saya balik ke Kendari lagi. Hikkss, jujur gotong royong saya duka dengar kabar itu. Seandainya saya berada di samping Nayra ketika itu niscaya saya tidak membiarkannya lepas ASI sebelum waktunya. Lebih duka lagi waktu saya balik Kendari dan saya harus sembunyi dari pengliatan Nayra kalau ingin menyusui Faraz. Padahal biasanya mah mereka itu saling berebut kalau lihat saya, huhuhuh. Nayra memang lengket juga dengan saya, kalau saya tiba niscaya langsung lari dan bersorak "Bunda" ke saya. Tidak jarang pula saya harus pergi tanpa pamit ke beliau kalau ingin pulang, gimana tidak klo saya pamit beliau niscaya ngamuk tidak ingin lepas dari saya. Klo sudah ibarat itu, Faraz pun juga tidak mau kalah dari Kakaknya, hihih kelakuan bayi (bukan) kembar ini emang menggemaskan.

*****

Sedikit share  untuk kita, bagi calon Ibu ataupun mungkin juga bagi para Ibu yang masih ragu ingin mengatakan ASI bahwa kalau kita yakin kita sanggup mengatakan ASI untuk bayi, percayalah kita niscaya sanggup melewatinya. Dukungan dari pasangan, keluarga dan orang di sekitar kita juga sangat berpengaruh. Mintalah mereka untuk selalu mensupport Bunda supaya berhasil dalam project ASI kepada buah hati tersayang. Karena dengan support merekalah kita akan berhasil mengatakan yang terbaik untuk buah hati. 

Makanan  tambahan ataupun booster ASI memang juga dibutuhkan, konsumsi buah dan sayur memang sangat penting tapi kondisi psikologis Bunda juga harus diperhatikan. Hindari stress yah Bunda. Teruslah untuk berfikir positif, ceria dan senang selalu, sugesti diri kita bahwa ASI kita cukup untuk anak kita. Be Happy yah, Bun ;)


***** 

A photo posted by Diah Alfa Saadah (@diahalsa) on

Wahai bayi-bayiku sayang, tumbuhlah kalian jadi bawah umur yang shaleh dan shalehah, cerdas, jujur, saling menjaga dan sayang alasannya yaitu kalian yaitu bawah umur Mama juga Bunda. Sayang kalian semua, Nak :*


with love



Post a Comment

 
Top