0 Comment
Pameran Fashion Muslim di Jerman Tuai Kontroversi, Hijab Disebut Penindasan

Foto: Ist.Foto: Ist.

Jerman - Kisah hijab kali ini tiba dari seorang perempuan asal Jerman yang telah memutuskan untuk konsisten berjilbab. Dia yakni Kaya Gravitte. Ia mempunyai kisah menarik yang sanggup menginspirasi lainnya.

Kaya bercerita pertamakali sehabis memutuskan untuk menjadi muslim saat duduk di kursi perguruan tinggi tinggi. Setelah menjadi seorang muslim, Kaya memutuskan untuk mencoba menggunakan jilbab selama satu ahad dan ternyata ia menerima perilaku diskriminasi.

Pertama keluarganya yang diakui Kaya sangat menentang dirinya menggunakan jilbab. Keluarga mahasiswi tersebut tidak tahu jikalau beliau sebetulnya sudah menjadi muslim. Keluarga Kaya juga tidak mengerti wacana Islam.

"Lepaskan kain itu dari kepala Anda. Anda orang Jerman, berhenti bertingkah menyerupai muslim," begitu ucapan keluarga Kaya saat ia mencoba berhijab.

Tidak hanya keluarga, tantangan selanjutnya yakni teman-temannya sendiri. Banyak yang menyampaikan jikalau ia tidak perlu menggunakan jilbab alasannya mereka sudah tahu penampilan Kaya tanpa jilbab. Teman-teman Kaya merasa ia menggunakan hijab hanya sebagai lelucon.

"Kenapa kau menggunakan jilbab? Kami sudah tahu menyerupai apa penampilanmu tanpa jilbab. Tidak perlu memakainya," ujar Kaya menggandakan perkataan temannya.

Karena tekanan dari banyak sekali pihak, Kaya awalnya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jilbab. Ia takut untuk menjadi muslim. Namun anehnya sehabis lepas jilbab, Kaya merasa tetap akan memakainya suatu hari nanti, ada harapan besar dalam lubuk hatinya.

Sampai tiba di dua semester terakhir kuliahnya, ia kembali merasa bimbang untuk mencoba berhijab. Selama menjalani kuliah, teman-temannya tidak tahu jikalau ia sudah menjadi muslim, hanya sahabat erat saja. Hingga ia harus terus-menerus menjelaskan identitasnya sebagai muslim untuk membantah pandangan miring wacana Islam.

"Hei! Aku yakni muslim dan saya tahu apa yang Anda katakan sebuah kebohongan. Muslim bukan teroris dan bukan orang jahat. Islam cinta damai. Lalu orang-orang menolakku untuk mencalonkan diri sebagai ketua kelas begitu mereka tahu saya seorang muslim," kisah perempuan yang mengambil studi International and Political Science itu.

Hal tersebut rupanya tak menciptakan Kaya mundur justru imannya semakin kuat. Sampai di semester simpulan kuliahnya ia berpikir jikalau dengan menggunakan hijab maka Kaya tak perlu lagi menjelaskan imannya. Ia juga ingin menawarkan jikalau Islam itu damai.

"Bagi orang lain kini sudah terperinci jikalau Islam yakni agamaku. Itu kepingan dari alasan mengapa saya berhijab sekarang, saya ingin terlihat sebagai muslim. Aku memakainya untuk diriku sendiri. Di simpulan semester di 2015, saya hingga di titik di mana saya percaya diri dengan agamaku dan jilbab yang saya kenakan," tambah perempuan 22 tahun ini.

Post a Comment

 
Top