0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa mulai bulan ini akan ada beberapa project kerja sama dengan beberapa Sahabat Blogger saya. Eiiits bekerjsama bukan mulai bulan ini sih, udah dari bulan kemudian ada project lain tapi lebih ke blog sebelah. Nanti deh akan ada post tersendiri untuk ini, yang kini aku mau dongeng wacana project kerja sama aku dengan Uciggg - Mamingnya Kaina dan Adik Ashika yang menggemaskan itu 😇



Ini bekerjsama udah dari beberapa bulan kemudian bahas ke Uci tapi kami masih maju mundur dengan alasan nanti gak konsisten sebab mengingat kesibukan kami masing-masing. Tapi semenjak bulan kemudian Uci punya project sendiri untuk blognya, naahh kenapa gak sekalian disatukan aja ilham kolabnya. Maka jadilah kerja sama ini yang ceritanya akan mengusung tema seputaran keluarga gitu deh dan untuk postingan perdana ini kami setuju untuk membahas topik ini "Kembali dan Berhenti Bekerja Setelah Punya Anak" kebetulan banget kami berdua mengalaminya. Saya kembali bekerja sesudah punya anak, sedangkan Uci Berhenti Bekerja Setelah Punya Anak. Ayoo mampir ke blog Uci juga yah untuk tahu lebih lanjut ceritanya. Lalu saya? Mari lanjut baca hingga tuntas yuukks 😉

Baca juga: Catatan Mama Bekerja (Lagi)

Menjadi perempuan bekerja [di luar rumah] adalah hak semua orang, begitupun bagi mereka yang tidak menginginkannya. Tetap bekerja sesudah menikah dan punya anak yakni salah satu keputusan yang sanggup dibilang berat. Tanggung jawab juga niscaya lebih berat lagi sebab harus sanggup adil dalam membagi waktu dan pikiran; antara pekerjaan maupun kewajiban utama sebagai seorang Istri dan juga Ibu. 

Keputusan yang aku ambil untuk bekerja lagi tidak serta merta atas harapan aku sendiri tapi dukungan tiba dari Pak Suami juga tentunya, itu yang utama buat aku sebab sesudah menikah kan Suami-lah yang bertanggung jawab atas Istrinya *itu berdasarkan saya*

Sebulan sesudah menikah, aku resmi non job di luaran sebab dikala itu project aku sudah berakhir untuk wilayah regional. Saat itu kantor pun juga telah ditutup. Meskipun dikala itu Suami aku sangat menyarankan aku untuk mencari kerja lagi tapi aku tidak ambil pusing, aku ingin istirahat di rumah saja dikala itu. Alhamdulillah, masuk bulan ketiga menikah ada kabar baik bahwa aku nyata hamil. Yaay, ini buat aku makin semangat ingin di rumah saja. Beberapa kali Pak Suami bertanya apa aku tidak ingin cari kerja lagi? Dan dengan santai aku menjawab "mana ada perusahaan/kantor yang mau mendapatkan orang hamil. Baru beberapa bulan kerja sudah minta cuti melahirkan dan minta dibayar pula" xoxoxoxox. Saya pun menikmati masa-masa indah kehamilan. 

Tidak bekerja kantoran bukan berarti aku tidak bekerja sama sekali, lah di rumah juga pekerjaan aku tidak kalah banyaknya koq. Gimana Buibu, bener kan? Pekerjaan rumah itu lebih banyak dibanding di luar, tapi Alhamdulillah semua sanggup dilewati. Enaknya di rumah kita sanggup bobo siang, heheheh. 

Hingga suatu hari, seorang Teman di project sebelumnya memforward email lowongan kerja ke aku dengan posisi lebih tinggi daripada sebelumnya. Saat lihat email itu aku galau antara mau apply dan tidak sebab aku tahu diri klo pengalaman aku belum sanggup untuk menempati posisi tersebut. Tapi kata Teman aku tadi, ayo saja dicoba siapa tahu rejeki. Malah sempat aku diamkan, hingga aku lihat lagi bahwa sudah mendekati deadline apply. Lagi-lagi, aku berfikir jangan-jangan bekerjsama ini hanya sekedar formalitas saja sebab jarak antara munculnya iklan dan batas final submit aplikasi lamaran itu sangat singkat. Aahh, koq aku jadi banyak fikiran gini yah? :p 

Saya coba deh tanya ke Pak Suami dan beliau sangat senang menerima kabar itu. Katanya "coba saja, mana tahu rejeki". Yasudah, Bismillah. Nothing to lose ajalah. Bisa lulus, Alhamdulillah. Tidak pun tak mengapa. Artinya aku memang harus lebih fokus ngurus keluarga. 
Dengan dasar nothing to lose tadi, aku pun santai saja. Hingga suatu sore ada email masuk yang berisi permintaan interview, tapi dengan posisi berbeda. Nah looo, benar deh feeling aku bahwa CV aku belum pas untuk menempati posisi yang aku apply beberapa waktu yang kemudian itu. Sebelum balas email tersebut, lagi-lagi aku tanya ke Pak Suami bagaimana baiknya ini. Tapi lagi-lagi Beliau bilang lanjut saja. Yasudah aku pun membalas email tersebut dan menyanggupi untuk interview sesuai jadwal yang ditentukan, by phone tentunya sebab gak mungkin juga aku terbang ke Jakarta sana untuk interview ini yang belum terang hasilnya, hihihih.

Besoknya interview berjalan lancar. Alhamdulillah, aku sanggup menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Di final interview tersebut diinformasikan bahwa akan diberitahukan alhasil via email selanjutnya. Apakah akan ada interview selanjutnya atau berakhir di tahap ini saja. Saya sih optimis dengan hasilnya, malah aku dengan penuh percaya diri sanggup bergabung dalam tim tersebut, heheh. Dan yeaah, benar saja email berikutnya aku sanggup kabar bahwa akan dijadwalkan untuk interview berikut. Singkat dongeng aku pun menjalankan semua tahap perekrutan ini dan mendapatkan email proposal gaji, which is ini yakni menunjukan baik. Bisa dibilang lamaran aku diterima 80% oleh pihak manajemen. 

Membaca email proposal tersebut aku malah jadi bingung, gimana nanti dengan Faraz anak saya? Selama ini kami tidak pernah pisah sehari pun. Bisa dibilang 24 jam sehari aku berada di sampingnya. Saya pun kembali bertanya ke Pak Suami untuk langkah selanjutnya yang lagi-lagi beliau berkata: maju. Bahkan hingga sebelum menandatangani kontrak kerja aku masih galau; terima atau tidak. Tapi Pak Suami benar-benar mendukung saya. Dia malah gak pengen aku cuma berdiam diri di rumah sebab beliau tahu aku sudah terbiasa untuk bekerja. Dia juga yakin bahwa aku sanggup tetap mengurus Anak kami meskipun aku bekerja. Dengan dukungan penuh dari Suami dan juga Keluarga terdekat, aku pun menandatangani kontrak kerja tersebut. 

Bagaimana perasaan aku sesudah bekerja kembali? Jujur saja kasus itu terkadang datang, terlebih lagi jikalau harus meninggalkan Faraz yang pake program drama gak mau ditinggal. Atau Faraz yang berbuat kacau di rumah Mama, bertengkar ala bawah umur dengan saudara-saudara (sepupunya) dan kenakalan-kenakalan lainnya yang bikin aku jadi baper. Iyah, Faraz udah gak dititip di daycare lagi semenjak beberapa bulan belakangan ini. 

Untungnya ada Pak Suami yang selalu menguatkan, support darinya itu jadi ibarat suntikan vitamin buat aku semoga sanggup lebih tegar menjalankan tugas aku sebagai Ibu, Istri dan juga Karyawati ini. Begitupula derma Keluarga aku yang setia menjaga Faraz ketika aku bekerja, tanpa mereka semua mungkin aku sudah dari beberapa waktu kemudian telah mengajukan surat resign dan meneruskan tugas sebagai ketua dewan perwakilan rakyat saja aka dapur, xixixix. 

Bukankah hidup itu yakni pilihan? Dan ketika kita telah menentukan jalan hidup kita, saatnya kita menjalankan tugas kita sebagaimana mestinya. Bertanggung jawablah atas segala pilihan yang telah kita buat dan nikmati setiap prosesnya :)

Jangan lupa senang yah^^



 

Post a Comment

 
Top