0 Comment
Titi Wati, pengidap obesitas ekstrem dengan bobot 220 kg (ist.) Titi Wati, pengidap obesitas ekstrem dengan bobot 220 kg (ist.)

Jakarta - Obesitas yaitu problem yang terkait dengan perilaku. Bisa sikap makan atau sikap acara yang saling berkontribusi. Kalau makannya besar dan acara yang dilakukan sangat kurang, niscaya akan terjadi obesitas.

Salah satu masalah yang menjadi sorotan Kementerian Kesehatan yaitu ketika seorang perempuan di Kalimantan Tengah yang mengalami obesitas ekstrim dan berat badannya dikisar mencapai 350 kg, dan belakangan dipastikan seberat 220 kg.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kirana Pritasari, berujar untuk kasus-kasus ekstrem menyerupai itu, dalam jangka pendek intervensinya juga akan luar biasa. Tidak dapat memberi nasehat menyerupai diet jikalau berat badannya sudah 300kg.



"Dalam masa beliau sangat obesitas itu, beliau sudah mempunyai risiko penyakit tidak menular yang sangat besar. Kalau obesitasnya sendiri kan tidak menyebabkan kematian, tetapi komplikasi dari penyakit yang dideritanya itu yang akan menyebabkan (kematian-red)," ungkapnya ketika dijumpai di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl Rasuna Said, Jumat (18/1/2019).

Kirana menambahkan, kebijakan yang paling utama yaitu promotif preventif, mencegah biar tidak terjadi obesitas. Berbagai agenda menyerupai Germas juga salah satu pola sederhana dan pemantauan kesehatan harus dilakukan secara rutin

"Mengukur berat tubuh tidak susah, timbangan ada di mana-mana. Kita dapat menghitung IMT kita, diatas 27 yang dianggap obesitas. Kita sudah tahu jikalau sedang obesitas," tutupnya.

Post a Comment

 
Top