0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Punya dua anak dengan usia yang termasuk rapat ituuuu, menyerupai nano-nano rame rasanya. Bahagia? Iyah dooong, pastinya. Pusing? Hahahah bo'ong banget deh klo saya ngaku tidak pernah pusing dalam mengurusi mereka. Apalagi membuatkan perhatian kepada keduanya. Ups, sesungguhnya ketiganya, alasannya yaitu tetap harus mengurusi suami juga kan ya #eaaaa biar uang jajan Mama ditambah ya, Pa 🤑


Bicara perihal berbagi, ntahlah, saya ini sudah dapat masuk ke dalam golongan yang adil atau tidak. Sebenarnya sih, jujur saya merasa masih jauh dari kata adil untuk hal ini. Jika levelnya cukup, mungkin saya masih bisalah terpaksa dimasukkan dalam kategori tersebut. 

Tahun 2017 yang lalu, semenjak tahu klo hamil untuk  kedua kalinya dan ketika itu Kakak Faraz masih ngASI, saya mulai mengajarkannya perihal berbagi. Yah, pas banget kan. Berbagi ASI. Kaprikornus ceritanya sekalian dengan proses penyapihannya. Saya bilang ke Faraz bila waktu ngASInya sudah cukup, mau yah klo ASInya diberikan ke Adek. Alhamdulillah, tidak ada drama kala itu. Sepertinya Faraz udah siap untuk lepas dari ASInya dan mau membuatkan ASI itu ke Adek 😍

Baca juga: Mempersiapkan Anak Kedua

Tidak berhenti hingga disitu saja, saya terus memberikannya pengertian bahwa Faraz nanti akan jadi seorang Kakak alasannya yaitu di perut Mama ada Adek. Nanti Kakak mau yah main bersama Adek, membuatkan mainan, membuatkan masakan de es be, panjang lebar saya memberikannya petuah tapi dengan sesederhana mungkin. Jadilah ada ritual khusus tiap menjelang tidur; elus-elus perut Mama, yang saya anggap ini yaitu salah satu bentuk membuatkan dari Faraz, yaah membuatkan kasih sayang ke Adek. 

Alhamdulillah, pertengahan September kemudian Adek Fawwaz pun lahir. Saya berusaha sebisa mungkin biar Faraz tetap merasa nyaman. Perhatian tetap tercurah kepadanya walaupun sudah ada Adek kini yang ketika ini masih benar-benar butuh perhatian ekstra dari saya. Saya pun mengikuti kata-kata kebanyakan orang biar melibatkan Kakak dalam mengurus Adek. Jadilah pura-puranya saya selalu butuh proteksi Kakak. "Kak, tolong Mama ya ambil celana Adek", atau "Kak, ayo main ama Adek" *padahal Adeknya mah belum tahu main yak, hihihih*. Demi apa? Ya biar Kakak gak merasa dicuekin, biar Kakak dapat membuatkan perhatiannya juga ke Adek.


Meski saya sudah berusaha menyerupai itu, Kakak masih kelihatan banget jelousnya ke Adek. Bahkan hingga kini pun. Apalagi klo Adek lagi ngASI. Udah deh, segala jurus dikeluarin Kakak demi dapat mengambil perhatian Mama. Yang lagi membisu tenang, tiba-tiba bilang lapar lah, padahal gres aja simpulan makan atau ngemil, misalnya. Atau tiba-tiba bilang mau pup padahal sesungguhnya tidak. Paling sering sih minta dipeluk juga ketika Mama lagi kelonin Adek yang lagi ngASI, fiiuuuhh #mamakudusabardansetroong 😵

Baca juga: Hal Berkesan di 2017

Mengenalkan konsep membuatkan pada Anak baiknya dimulai dari hal kecil di sekitar kita. Dengan cara sesederhana mungkin biar gampang dicerna oleh anak. Misalnya saja membuatkan makanan, mainan ataupun membuatkan buku bacaan, bagi anak yang sudah mulai tahu membaca. Masih banyak lagi pola membuatkan lainnya, tinggal bagaimana kita sebagai orangtua mengenalkan hal ini ke bawah umur kita. 

Mengenalkan konsep membuatkan ini memang tidak semudah yang dibayangkan. Perlu kesiapan mental dari si Anak dan pastinya perlu kesabaran ekstra juga dari kita sebagai orangtua untuk terus memberikannya pengertian dan pola yang baik untuk bawah umur kita. Sebagai orangtua muda *uhuukk* pastinya saya masih harus terus belajar. Tidak boleh bosan untuk cari tahu ilmunya, ilmu parenting. 

Nah, gimana cara Temans dalam mengenalkan konsep membuatkan ke Anak? Share disini juga yuks, biar kita biisa sama-sama mencar ilmu 😉

Untuk #1minggu1cerita




Post a Comment

 
Top