Bismillahirrahmanirrahim.....
Udah di bulan Desember aja deh ih. Artinya, habis sudah tiga bulan jatah cuti melahirkan saya, liburannya hampir selesai dan Selasa besok *iyah, BESOK!! perlu banget gitu di capslock dan bold kata besoknya* saya harus back to work world lagi. Rasanya? Uhhh, gitu deh. Gak perlu dijelaskan yah, fufufuh. Setiap keputusan niscaya ada konsekuensi yang harus dijalankan. So, keep fighting!! 😎
Sebenarnya sebelum cuti kemarin aku sudah punya misi khusus bahwa sebelum cuti berakhir Kakak Faraz sudah harus lulus toilet training! Tapi hingga blogpost ini dipublish, ternyata aku masih belum berhasil untuk menuntaskan misi tersebut, huaaa. Toilet training itu memang butuh perjuangan, Jenderaaal! Ups, tapi blogpost kali ini bukan wacana toilet training yang akan jadi pembahasan utama melaikan Kakak Adek nanti akan dititipkan ke siapa bila aku sudah kembali ke rutinitas kerja lagi? Yeaaah, beginilah kisah Mamak bekerja. Mau tak mau, belum dewasa di dititip ke orang terdekat dan terpercaya. Klo daerah kerjanya kids friendly aka ramah anak sih asyik aja yah, dapat tetap bawa belum dewasa ke kantor alasannya yaitu mungkin ada ruangan khusus yang disediakan untuk Ibu bekerja yang punya anak kecil. Lah, klo tak ada kemudahan itu? Yaaa, titip menitip dah, huhuhuh.
Baca juga: Catatan Mama Bekerja (Lagi)
Jaman kini nyari ART yang dapat sekalian kerja untuk jagain belum dewasa susaaahh, Maaak! Banyakan orang lebih milih untuk bekerja sebagai pramusaji di rumah makan atau pramuniaga di toko, hufft. Kadang juga udah ada yang mau kerja jadi ART tapi begitu tahu bakalan urus anak kecil juga, eehh eksklusif mundur tsyaantiiikk 😕 Begitulah yang aku rasakan sekarang, udah keliling cari ART gak nemu juga, hiks.
Selama ini Faraz tuh di drop di rumah Mama kadang ganti di rumah Tante. Klo di rumah Mama yang jaga Tante, Mama kebagian main bersama cucu-cucu saja. Secara di rumah Mama itu ada ponakan-ponakan juga. Mama sih oke-oke aja cucu-cucunya ngumpul disana, tapi untuk ngasuh, ngejar-ngejarnya udah tidak sestrong dululah. Apalagi Faraz kan anaknya susah tenang, sukanya lari kesana kemari. Lagian masa dulu udah rawat mamanya, kini anaknya lagi yang mau diurusin, hohohoh.
Klo ama Tante sih masih bisalah, lagian Faraz juga bersahabat koq ke Tante. Dan lagi Faraz juga aku tarik dari penitipannya alasannya yaitu para Tante yang bilang gak usah dititip-titip lagi di penitipan. Iyah sih, di penitipannya kemarin itu belum dewasa yang dititip banyak banget. Mana pengasuhnya cuma Ibu yang punya penitipan itu saja yang jaga. Kadang sih dibantu ama anak-anaknya, tapi kan anak-anaknya juga sekolah jadi gak maksimal bantuin Ibunya jaga belum dewasa yang dititipkan 🙄 Ditambah lagi jarak kantorku dan PakSu juga jauh dari daerah kami menitipkannya itu, jaraknya lebih bersahabat dari daerah tinggal kami sih, jadilah waktu itu Faraz hanya bertahan sekitar 4 bulanan saja di daycare tersebut. Setelah itu ya, dijaga ama para Tanteku tersayang. Saya pun juga damai dan lega alasannya yaitu Faraz berada di tangan yang kondusif dan terpercaya 😚
Loh, emang kenapa tidak dititipkan ke Nenek dan Kakeknya dari pihak Bapak? Alasan utamanya yah alasannya yaitu kami tinggalnya beda kota, jadi susahlah klo mau dititipkan ke Mertua (Nenek Kakek dari pihak Bapak) apalagi belakangan Kakeknya sering sakit, jadilah Nenek sibuk ngurus Kakek. Sehat-sehat ya Kakek, Nenek juga
Baca juga: Mempersiapkan Anak Kedua
Nah, kini bukan hanya Kakak Faraz saja yang harus dijaga tapi ada Adek Fawwaz juga nih sekarang. Berhubung Faraz umurnya juga udah 3 tahun dan kemarin-kemarin sering ikut sekolah di Taman Kanak-kanak sepupu-sepupunya, jadi aku dan PakSu putuskan semoga Faraz dimasukkan ke kelas Pra Sekolah saja, kelas toddler yang sekaligus daycare gitu. Tapi kali ini kami pilih yang tempatnya benar-benar besar dan salah satu sekolah favoritelah di Kendari sini. Guru-gurunya pun tidak hanya satu orang saja tapi ada beberapa, kebetulan juga salah satu guru yang mengajar di kelas toddler itu yaitu teman sekolah aku dulu. Bahkan ternyata kepala sekolahnya pun kenalan Pak Suami juga. Kaprikornus sedikit kondusif dan yakin lah kami, mantapkan hati untuk menitipkan Faraz di sekolah itu. Di samping itu, jarak sekolah dan kantor aku maupun Bapaknya juga bersahabat jadi kami simpel mengontrolnya.
Baca juga: Pentingnya Pumping Bagi Ibu Menyusui
Lalu, bagaimana dengan Adek Fawwaz? InsyaAllah, Adek nanti dijaga ama para Tante. Meski awalnya sih para Tante udah bilang klo Tante satu yang bakalan jaga Faraz dan Tante yang satunya lagi yang bakalan jaga Fawwaz. Tapi biarlah Faraz masuk sekolah, sekalian berguru bersosialisasi juga dengan belum dewasa sebayanya. Biar gak egois juga. Karena Faraz itu orisinil jealous dengan keberadaan Adek, sampe BBnya ngedrop gitu padahal bersama-sama udah mulai rajin makan dan tidur siang. Tapi itu tadi, mungkin ia bersama-sama belum siap betul jadi Kakak meskipun semenjak awal udah disounding bakalan jadi Kakak, punya Adek, tapi ya ginilah adanya. Jadi, InsyaAllah tiap jam istirahat bakalan balik biar dapat ketemu Fawwaz dan ngeASI secara langsung. Untungnya sih Kendari ketika ini masih belum mengenal kata macet jadi InsyaAllah cukuplah waktu bolak-baliknya.
Yeaaah, semoga belum dewasa dapat mengikuti keadaan tanpa keberadaan Mama sepanjang hari di sampingnya ketika Mama kembali bekerja 😆😆
Ohya, bagaimana dengan Mama Bekerja lainnya? Apakah menitipkan anak pada Kakek Nenek, Yay or Nay? Seperti yang dituliskan Mak April Hamsa di web KEB. Klo dari aku sih tergantung dari janji bersama pasangan yah menyerupai kisah aku ini. Biar bagaimana pun, Nenek Kakek yaitu orang terdekat belum dewasa kita. Tapi lihat kembali situasi dan kondisi orang bau tanah (dan mertua) kita apakah masih dapat dititipi belum dewasa kita yang aktif ini atau lebih menentukan menitipkan anak ke anggota keluarga lainnya atau mungkin saja malah ke orang lain, sekolah atau daerah penitipan anak, misalnya.
Apapun pilihannya, kita sebagai orang bau tanah niscaya menginginkan yang terbaik untuk belum dewasa kita. Memberikan segala hal yang terbaik yang kita punya untuk mereka. Jadi, aku sendiri pilih apa? Yay or Nay? Hmm, yay kali ya? Tapi tetap perlu lihat kondisi dan kesiapan Kakek Nenek juga sih yah, bila mau menitipkan anak pada mereka. Gak mungkin dong menitipkan belum dewasa sementara orang bau tanah kita malah bersama-sama lebih butuh perhatian ekstra dari anak-anaknya.
Cheers,
Post a Comment