0 Comment
Foto: Getty Images / Mirco Lazzari gpFoto: Getty Images / Mirco Lazzari gp

Jakarta - Andrea Iannone gagal di ekspresi dominan debutnya bersama Suzuki. Situasi yang berbeda jauh dengan yang dijalaninya di Ducati menciptakan Iannone merasa frustrasi.

Pebalap Italia itu bergabung Suzuki di awal 2017 sehabis menghabiskan empat tahun dengan Ducati. Di bawah pabrikan Italia itu, Iannone mencapai hasil tertingginya di balap motor kelas primer usai finis kelima di 2015, dan meraih kemenangan pertamanya di Australia dua tahun silam.

Namun, alih-alih tetap berada di jalur yang anggun Iannone justru terpuruk di ekspresi dominan lalu. Iannone lima kali gagal membawa pulang angka, termasuk empat kali finis di luar zona angka. Bahkan di Republik Ceko, Iannone sempat finis kedua dari belakang.

"Tidak gampang mendapatkan situasi di mana diriku kini sehabis dua ekspresi dominan di MotoGP," ujar Iannone kepada majalah Riders, yang dilansir GPOne. "Dari menjadi seorang pebalap pabrikan Ducati, selalu di jajaran depan, kemudian berada di peringkat 18 (dengan Suzuki) yang itu di luar bayanganku."

"Situasi itu benar-benar membuatku terpukul... Bahkan pernah selama beberapa hari saya tidak bisa bicara, saya hanya memikirkan wacana hasil ini, semuanya hitam."

Walau demikian, Iannone tidak berniat menyerah. Pebalap berjuluk Maniac itu bertekad mengubah nasibnya.

"Sekarang saya berusia 28 tahun, saya bisa bangkit di pagi hari dan melaksanakan apapun yang kumau, apakah memberli sebuah mobil, motor, atau menghilang tanpa mengucap apapun kepada siapapun. Kaprikornus apa alasan yang kupunya untuk merasa tidak bahagia, atau apa? Apa hakku mengeluh?" sambung Iannone.

"Aku terus menyampaikan kepada diri sendiri bahwa saya harus berlanjut dan memperlihatkan segalanya, di samping seluruh kesulitannya. Aku ingin menang. Aku sudah berguru lebih sabar, lebih realistis, tapi targetnya tetap sama. Aku ingin menang, dan hanya itu yang berarti."

Post a Comment

 
Top