0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim.....

Hola, udah penghujung bulan yah? Biasanya tanggal segini sih itu dikala dimana orang sedang krisis atau senang alasannya SMS notifikasi dari Bank muncul, cling, payroll time a.k.a., gajian! Itu sih saya dulu, tapi kini mah gajiannya di awal bulan. Untungnya sih kini ada PakSu yang berdasarkan jadwal sih gajiannya di final bulan, itu juga klo gak molor zZzZz. Upss, koq jadi curcol gini yak 😜


Ngomongin perihal pengelolaan keuangan, duuh rasanya saya pengen ngumpet di bawah kolong yang ruangannya gelap saking merasa horornya, xixiix. Gimana tidak, jikalau bicara perihal ini ialah hal yang sangat menyeramkan buat saya. Untuk pembukuan keuangan kantor, keperluan kerja sih Alhamdulillah saya masih bisa, buktinya sampai kini masih dipercayakan untuk mengurusi petty cash *uhuukk, ya iyalah itu salah satu job desc saya ini*. Tapi untuk bicara perihal pengelolaan keuangan pribadi ditambah lagi kini sudah menikah, which is status saya pun menjadi menteri keuangan rumah tangga, duuuh Maaak, ampun deeh. Bagi saya itu berat! Ugh, sudahlah, cukup si Dilan sajalah yang menanggungnya *eehh koq jadi ikutan terdilan gini sih*. 

Lalu, kenapa juga masih ingin posting perihal ini? Iyah niih alasannya Kak Irawati Hamid sengaja buat postingan trigger Tentang Pengelolaan Keuangan Keluarga sebagai tema bulan ini untuk Komunitas Blogger Sultra, Be Molulo. Jadilah kami semua terpaksa juga harus ikut posting dengan tema yang sama tapi tentu dengan versi masing-masing.

Selalu Bersyukur

Terlihat klise ya? Emang! Tapi bagi saya, mensyukuri apa yang menjadi rejeki kita itu ialah kunci yang utama. Dengan bersyukur kita bisa mengontrol diri. Gimana caranya? Ya gak usah banyak ngeluh, atau iri dengan kemampuan orang lain. Klo tetangga udah pakai AC di rumahnya, sementara kita cuma bisa dengan kipas angin saja, ya syukurilah, itu juga udah elok koq daripada kipas manual kan? Klo juga belum bisa kipas angin, yang artinya harus kipas manual ketika cuaca panas, yaudah kipas manual aja, gak usah hatinya juga ikutan panas. Yang ada jadi kebakar deh itu perasaan.

Baca juga: Jangan Pernah Sepelekan Hutang!

Ketika Rencana Tidak Sejalan dengan Realita

Manusia punya mau, tapi Tuhan lah yang menentukan. Sering banget kan ya dengar menyerupai itu? Semua niscaya ingin terlahir dengan kehidupan yang serba kecukupan atau serba pas. Pas mau jalan, ada uang juga waktu. Pas mau sesuatu, ada uang dan barangnya tersedia. Pokoknya pas gitu deh. Tapi tidak semua bisa menyerupai apa yang kita inginkan maupun rencanakan. 

Seperti halnya saya yang sudah dari kapan tahun ingin banget membukukan keuangan dengan rapi, baik secara manual maupun digital. Masa bisa tekun isi pembukuan kantor sedangkan pribadi nggak? Yeaah, tetapi begitulah adanya. Saya orangnya tidak telaten untuk mencatat segala pengeluaran maupun pemasukan saya yang Alhamdulillah seadanya ini. Dari jaman masih sendiri saya itu palingan betah mencatat keuangan saya hanya sebatas pertengahan bulan saja. Padahal buatnya itu di excl yang super simple aja rumusnya.


Setelah jadi istri, ATM honor PakSu saya yang pegang. Bagaimana caranya semoga uang itulah yang bisa kami gunakan untuk bertahan hidup selama sebulan. Waktu masih berdua sih belum kerasa, semua under-controlled lah. Nah, semenjak Si Kakak lahir artinya biaya hidup juga mulai bertambah. Secara Bayi kan punya banyak keperluan. Tapi kembali ke poin pertama, bersyukur. Alhamdulillah semua bisa dilewati, honor PakSu yang dibawah UMR itu *iyah, heran banget deh, daerah kerjanya yang namanya sebesar itu tapi honor pokoknya bisa di bawah rata-rata gitu*, masih bisa mencukupi kami alasannya masih ada embel-embel honor mengajar yang dibayarkan tiap final semester maupun honor ujian hampir tiap minggunya, Alhamdulillah.

Baca juga: Mengenalkan Konsep Berbagi pada Anak

Lalu, honor saya dikemanakan? Gaji saya sudah dipatok ayam! Eehh salah, dipakai untuk bayar keperluan kami bersama. Sekarang Adek pun lahir makin terasa alasannya punya dua balita kan dengan segambreng kebutuhannya. Lagi-lagi Alhamdulillah dengan bersyukur semuanya masih bisa terlewati juga. Emang benar deh, kalau kita bisa mensyukuri apa yang diberikan olehNYA, InsyaAllah semua akan terasa mudah, semua dicukupkan. Karena Allah Maha Tahu apa yang diperlukan ummatNYA. Kebetulan Suami juga punya perjuangan sendiri yang semenjak dulu dirintisnya, itu tidak saya ganggu gugat, dipakai untuk bangkit rumah dan investasi jangka panjang untuk belum dewasa kelak. Ohya, doakan semoga rumah kami bisa selesai tahun ini yah, kemudian kami bisa menempatinya segera, Aamiin 😇

Memilih Kebutuhan dan Keinginan

Ini memang sangat sulit! Saya pun demikian. Jika harapan yang dituruti maka kita bakalan kalap. Semua bisa dianggap sebagai kebutuhan untuk memuaskan harapan kita itu. Iyah, kalau itu terjadi maka jatuhnya jadi lapar mata. Kalau buka online shop rasanya pengen beli ini itu dan inu. Makanya gak heran deh di shopping chart saya itu sudah puluhan barang yang belum dieksekusi, yaiyalah klo saya sanksi semua, habis sudah uang bulanan dari PakSu. Lagian belum tentu barang yang saya inginkan itu jadi kebutuhan wajib saya [ataupun anak-anak]. Sementara belum dewasa masih pakai diapers yang harganya juga tidak mengecewakan bikin dompet Mamak menjerit belum lagi snack Kakak. Tapi mau gimana lagi? Malah itu yang jadi kebutuhan, bukan sekedar harapan saja.
Berhemat dan Menabung

Ini poin lain yang tak kalah pentingnya. Secara ya kita gak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita di kemudian hari. Maka menabung jadi salah satu hal yang penting untuk diperhitungkan. Apalagi saya, sadar kalau saya ini orang yang tidak berilmu mengelola keuangan dengan baik, maka cara lain saya dalam mengelola keuangan itu ialah dengan berhemat dan menabung.

Beli sesuatu itu seperlunya, dengan menimbang: butuh atau hanya sekedar ingin? Lalu, sebisa mungkin bawa bekal ke kantor biar gak jajan-jajan lagi. Apalagi sekarang, saya yang bolak balik kantor di jam istirahat untuk ngASI otomatis ada biaya embel-embel untuk transportasi lagi kan? Karena tidak setiap hari PakSu bisa antar jemput saya untuk pulang ngASI. Kaprikornus kalau pas Beliau sibuk ya mau tak mau saya naik Grab bike ataupun Grab car *jika ada promo* #mamakmodaldiskon 🤑

Baca juga: Tentang Te-Ha-eR

Lalu, untuk poin menabungnya saya sengaja buka Tabungan Rencana Mandiri yang didebet pribadi dari rekening utama saya setiap bulannya. Hasilnya akan saya belikan koin emas mengingat emas ialah salah satu bentuk investasi jangka panjang yang nilainya akan terus naik sesuai dengan keadaan pasar. Di samping itu, koin emas bisa digadaikan pribadi kalau suatu dikala kita sedang kepepet butuh dana tunai.

Hmm, bahwasanya sih saya juga punya tabungan emas di Pegadaian, menabung uang yang nanti kesudahannya bisa dikonversi ke bentuk emas, tapi sudah usang tidak saya tambahkan saldonya alasannya lebih fokus ke tabungan yang otomatis di debet itu. Padahal bahwasanya tabungan emas itu lebih fleksibel, kita bisa mengatur seberapa banyak yang akan kita tabung. Tapi ya itu, sependek pengetahuan saya kita harus lakukan setor tunai pribadi dananya ke Pegadaian terdekat. Nah, itu yang saya rada malas, apalagi kalau harus ngantri segala, heheheh. 

Well, segitu saja dongeng pengelolaan keuangan versi pencitraan saya. Gimana denganmu, Temans? Boleh share juga yuks, kali bisa jadi pembelajaran bersama 🤗



Post a Comment

 
Top