0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim..... 

Belakangan ini udah gak abnormal banget kan yah dengar istilah Mom War yang ram dibahas di medsos. Meskipun bukan perang dengan membawa senjata, apalagi ini ibu-ibu yang jadi bintangnya tapi yang namanya perang tetap aja selalu bermakna negatif.


Mom War? Sebab dan Akibat yang Ditimbulkannya

Kalau dilihat dari gosip yang beredar di dunia maya (maupun nyata), penyebab utama adanya Mom War yaitu rasa ego dari seorang Ibu untuk mempertahankan pendapatnya. Merasa diri bahwa cara mengasuh, mendidik, dan memperlakukan anak versinya-lah yang paling benar.

Terkadang tanpa kita sadari, uhuuk, kau aja kali Di yang merasa gitu, kita itu ingin memperlihatkan bahwa "cara saya nih yang paling benar dalam mengasuh anak. Toh, itu anak saya koq, pastilah saya yang paling tahu wacana anak saya, kebutuhannya dan segala hal wacana anak saya!" Ahaa! Hal yang kayak gini nih sanggup jadi penyebab adanya virus Mom War itu. 

Akibatnya bakalan terjadi deh jambak-jambakan rambut perang verbal untuk mengutarakan pendapat masing-masing. Nah, kalau udah terjadi kayak gini, salah siapa? Pasti gak ada yang ingin disalahkan, yes? 😀


Apa Saja yang Bisa Menimbulkan Mom War? 


Yeaaahh, kurang lebih hal-hal di ataslah yang biasanya sering menimbulkan adanya Mom War baik offline maupun online. Biasanya sih, lebih ramai kasus online yah ketimbang offline, semoga viral kali yah, xixixix. 

Padahal setiap Ibu niscaya punya alasan sendiri mengapa harus memberi sufor daripada ASI, misalnya. Atau kenapa Ibu lebih menentukan memberi MPASI instan daripada homemade MPASI. Memilih metode memberi makan dengan bayi disuap atau membiarkan anak makan sendiri (baby lead weaning, BLW). 

Kalau saya sendiri alasannya yaitu udah pengalaman dulu Kakak Faraz menolak tiap kali diberi makan, waktu itu saya ngotot hanya ingin memberinya homemade MPASI saja tapi tiap kali waktu makan yang ada beliau menutup verbal rapat, hanya menentukan ASI ketimbang makanannya. Meski saya sudah berusaha mengembangkan masakan yang sanggup menarik seleranya, tetap aja beliau GTM, gerakan tutup mulut. Saya hingga pusing sendiri dibuatnya. Syukurnya sih ketika itu saya sanggup berada sepanjang waktu di sampingnya, jadi ASI selalu siap sedia.

Nah, jadilah kini untuk Adek Fawwaz saya tidak mau ngotot untuk homemade MPASI, saya sudah beberapa kali mencoba memberinya. Sudah masak dengan sepenuh hati tapi ditolak, hanya mau makan yang instan saja, huhuh. Daripada gak mau makan sama sekali, mana saya kini tidak sanggup selalu berada di sampingnya. So, MPASI instanlah yang jadi pilihan untuknya. Masalah buat Moms? Gak dong yah, jangan alasannya yaitu hal ini jadi perang buat kita yah! ✌

Baca juga: Do What You Love

Atau yang paling rame dibahas juga yaitu Ibu yang lebih menentukan melahirakan SC daripada normal. Kontra pun muncul dan menclaim bahwa Ibu yang lahiran normal-lah yang sanggup disebut Ibu sejati, yang mengorbankan nyawa demi melahirkan anaknya. Aduuh, murung banget yah, padahal Ibu-ibu yang melahirkan SC pun juga itu meregang nyawa untuk menyelamatkan anaknya. Butuh waktu usang bagi mereka untuk sanggup pulih dari luka, belum lagi trauma. Pasti menentukan SC juga alasannya yaitu punya pertimbangan tersendiri, alasan medis dan keselamatan buat Baby dan Ibu pastilah sudah dipertimbangkan. 

STOP Mom War! Kita Ibu; Kita Special!

Sebagai sesama Ibu, sudah seharusnya kita itu sanggup untuk saling support bukan sebaliknya, saling mencari celah, saling menjatuhkan. Bisa saja kita beda pendapat tapi cukuplah disimpan saja, tidak perlu saling berdebat berlebih. Cukup saling mengingatkan bila merasa itu harus diutarakan. Jika dianggap tidak perlu komentar, bukankah membisu itu emas? Gak rugi koq Mak, kalau kita sanggup kontrol diri untuk tidak ngomong sesuatu yang menciptakan orang merasa tersakiti. Coba saja bayangkan, bagaimana bila kita berada pada posisi orang tersebut? Disalahkan ataupun disudutkan itu niscaya tidak enak, yaakaaan? 😁

Setiap Ibu itu special! Karena Ibu niscaya mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk anak-anaknya. Tidak mungkin Ibu ingin melihat anaknya sakit, tersiksa atau hal jelek lain yang menimpa sang anak. Setiap Ibu niscaya akan memperlihatkan yang terbaik untuk sang anak. Makanan, pakaian, perhatian, pendidikan dan segala hal yang menjadi kebutuhan anak. Bahkan seorang Ibu akan rela mengorbankan dirinya sendiri untuk kebaikan sang anak.

Baca juga: Semangat Kartini, Semangat Wanita Hebat Indonesia

Jadi, wahai para ibu dan calon ibu stoplah menyalahkan metode pengasuhan yang dilakukan oleh ibu A bila caranya berbeda dengan cara ibu sendiri. Stop pula membanding-bandingkan sesuatu yang sanggup menimbulkan perpecahan diantara kita, alasannya yaitu bekerjsama setiap Ibu punya caranya sendiri dan punya pertimbangan sendiri dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Hargai pendapat dan pemahan Ibu lain dalam mengasuh buah hatinya. Jangan cari celah ataupun kesalahan orang. Bukankah hening lebih indah daripada perpecahan? Kita yaitu Ibu, kita special alasannya yaitu kitalah madrasah pertama bagi bawah umur kita. Di mata anak-anak, Ibu yaitu segalanya baginya. 🤗


Postingan kali ini sebagai balasan untuk Collab Blogging Kelompok Retno Marsudi atas trigger post Mak Indri Noor yang menulis wacana Stop Mom War, Dimulai dari Diri Sendiri di web KEB. 



 

Post a Comment

 
Top