0 Comment
Sutopo sempat coba ruqyah dan herbal untuk obati kanker paru. Foto: Ari Saputra Sutopo sempat coba ruqyah dan herbal untuk obati kanker paru. Foto: Ari Saputra

Jakarta - Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho masih ingat rasanya ketika mendapatkan hasil investigasi kanker pada Desember 2017. Sempat down, Sutopo harus menghadapi kenyataan sedang menghadapi kanker paru stadium IV B. Sutopo harus berkejaran dengan sel kanker yang terus menyebar ke seluruh tubuhnya.

Sutopo sempat mencoba ruqyah di salah satu pondok pesantren di Malang, Jawa Timur atas seruan salah satu temannya. Sebelumnya Sutopo mendapatkan hikmah yang berhasil melegakan perasaan dan emosinya. Sutopo sempat tidak mendapatkan kenyataan dirinya mengalami kanker yang telah berada di stadium lanjut. Nasihat dari seorang ulama tersebut berhasil mencerahkan dan membantunya berpikir positif.

"Dari situ saya masuk ponpes selama 2 minggu. Tapi di sana makannya susah kesudahannya segala pantangan dikonsumsi, misal nasi putih dan gorengan. Jadinya kondisi saya menurun dan harus segera kembali ke Jakarta. Dari situ saya eksklusif menjalani perawatan medis alasannya ada cairan di paru-paru. Saya juga mulai mengurangi acara ke luar kota dan memakai antinyeri yang mengandung morfin semoga sanggup tidur dan beraktivitas," kata Sutopo pada detikHealth.



Sutopo mengatakan, beliau percaya upaya medis untuk penyembuhan kanker. Upaya medis dengan radiasi, kemoterapi, dan operasi memungkinkan penyembuhan lebih cepat. Sebagai penyintas, kanker bukan satu-satunya yang dihadapi Sutopo. Dia harus menghadapi imbas pengobatan dan metastase kanker yang telah hingga tulang. Teknologi medis menyediakan peluang berkejaran dengan upaya penyembuhan kanker dan akhir penyertanya.

Namun, Sutopo bukannya antipati terhadap pengobatan herbal. Sutopo yakin herbal sanggup memperkuat tubuhnya menjalani pengobatan medis yang telah diresepkan dokter. Tentunya Sutopo tidak asal minum obat herbal tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dulu. Tanpa pengaturan yang tepat, zat aktif dalam obat herbal dan medis sanggup bersifat saling menghilangkan atau menguatkan. Efeknya kerap tidak baik bagi kemajuan pengobatan pasien kanker. Dokter sanggup membantu menyarankan takaran dan frekuensi minum obat yang tepat.

Terkait upaya tiba ke 'orang pintar,' Sutopo sempat melakukannya beberapa kali. Selain ke Malang, Sutopo sempat ke Semarang, Solo, Bandung, dan Tegal. Sutopo menyerahkan pada tiap orang untuk percaya atau tidak dengan hal tersebut, namun beliau sendiri tidak mencicipi efeknya. Kendati begitu, Sutopo tidak memandang sebelah mata penyintas kanker yang menentukan metode tersebut. Penyintas kanker niscaya akan mencoba aneka macam pengobatan semoga sanggup segera sembuh.


Tonton video: Eksklusif! Perjuangan Sutopo Melawan Kanker Paru Stadium 4B

[Gambas:Video 20detik]



"Penyintas kanker harus mencoba aneka macam hal demi kesembuhan. Kita jangan hingga mengalah selama menjalani pengobatan. Mau medis atau alternatif, keduanya yaitu mediator untuk kesembuhan. Selain terus terapi, jangan lupa berpikir positif alasannya referensi pikir ikut menentukan keberhasilan penyembuhan. Saya sudah putuskan tidak menyerah, sehingga proses yang bagaimana pun akan dijalani," kata Sutopo.

Sutopo tak menampik jikalau bayangan maut terus menghampiri dan menurunkan motivasinya. Namun insan tak sanggup campur tangan terkait kematian, yang hanya sanggup berupaya sebaik-baiknya. Dengan keyakinan tersebut, Sutopo akan berusaha yang terbaik melawan kanker sambil tetap mengembangkan info soal bencana.





Tonton video wawancara 'Eksklusif! Perjuangan Sutopo Melawan Kanker Paru Stadium 4B':

[Gambas:Video 20detik]


Selain Berobat Medis, Sutopo Sempat Coba Ruqyah dan Herbal

Post a Comment

 
Top