0 Comment
Bismillahirrahmanirrahim..... 

Holaaa! Ramadhan hari ke-16 nih. Masih pada lancar kan? Udah lebih dari setengah perjalanan nih. Semoga terus semangat hingga hari kemenangan yah, Aamiin. #Feel&Share dengan Uci kali ini kami ingin bahas wacana belum dewasa lagi. Tapi kali ini bukan perkembangan anak. Duh, jadi ingat saya emang udah niat pengen posting wacana kemajuan mereka kini tapi mamak ini belum sempat aja menuliskannya. Gak usah ditanya ya mengapa, hihihih. Moga bulan depan sanggup terealisasi dah postingannya.


Oke, oke. Makara ceritanya, kami mau bahas wacana ketika melahirkan anak kedua yang ternyata lagi-lagi Allah memperlihatkan kami anak dengan jenis kelamin yang sama dengan si Sulung. Well, saya kembali melahirkan anak laki-laki, sedangkan Uci anak perempuan. Bagaimana perasaan kami? Yuks sini, mari kita lanjut aja yak. Eits, jangan lupa baca kisah Uci juga 😉

Akhir Januari 2017 lalu, saya mencoba memakai test pack lagi sesudah telat beberapa hari. Sejak habis melahirkan Faraz, saya kembali haid itu ketika usia Faraz hampir 17 bulan. Waktu yang cukup lama, sementara Ipar saya yang beda 3 bulan lebih dulu melahirkan kembali haid hanya beberapa bulan setelahnya. Selama belum haid itu, saya sempat was-was juga jangan-jangan hamil lagi, mana orang sekitar juga bilang, sanggup saja hamil sebelum haid lagi. Weew, rasanya nyeri dikala melahirkan belum hilang book 🤕

Meski saya melahirkan melalui proses persalinan normal tapi sebab saya yang tidak sanggup melaksanakan ngeden dengan benar semoga si bayi sanggup lahir sebagaimana kelahiran normal pada umumnya, jadilah dokter tetapkan mengambil tindakan santunan vacum yang tentu saja dengan persetujuan saya dan Suami pada dikala itu. Saat alat itu masuk ke vagina sih udah gak berasa aja, yang ada di fikiran dikala itu bagaimana semoga bayi kami selamat. Secara udah usang juga di 'pintu' tapi belum berhasil keluar. Nah, yang sakitnya itu sesudah bayi keluar.

Namanya juga ada benda yang dimasukkan ke dalam kelamin, niscaya harus dijahit semoga sanggup kembali tertutup. Proses dijahitnya itulah yang luuaarr biaaasaaa. Mana lagi saya harus keep calm semoga dokter sanggup fokus, Mama yang mendampingi dikala proses jahit itu juga udah wanti-wanti gak boleh banyak ngeluh, harus nurut apa kata dokter, jadilah ya gitu deh. Padahal sakitnya ituuuuu, hikss. Jadi, itulah bergotong-royong yang menciptakan saya takut hamil, saya takut melahirkannya, xixixix. 

Manusia cuma sanggup berharap, namun Allah jualah yang menentukan. Saya memang udah niat ingin menyusui hingga 2 tahun, kemudian ingin menyapih dengan cinta, gak ada proses oles-oles semoga Faraz berhenti menyusu atau drama lainnya. Dan yeaaay, Alhamdulillah, we did it! 😆 Tentu dengan restu Allah. Iyah, Faraz berhasil disapih sebab ternyata saya hamil sesudah usianya lebih dari dua tahun. 

Kembali ke test pack tadi. Sejak sanggup haid lagi sesudah melahirkan Faraz, Alhamdulillah semua normal. Haid saya lancar tidak pernah telat. Makanya waktu di Januari itu, koq 'si tamu' gak datang-datang yah? Beberapa hari dinantikan eeh masih juga belum nongol. Jadilah eksklusif test pack. Kebetulan selalu sedia TP di rumah. Dan eng ing eng, garis dua muncul. Padahal bergotong-royong sih belum ada agenda khusus untuk ini. Tapi Allah lebih tahu mana yang baik untuk ummatNya. Karena hamil ini juga jadinya Faraz sanggup berhenti ASI tanpa dipaksa.

Baca juga: Tumbuh Kembang Duo FZ

Untuk meyakinkan, kami kembali ke dokter kandungan langganan. Yeaay, Alhamdulillah hasilnya emang positif. Jadilah semenjak dikala itu kembali ada kunjungan rutin lagi ke Dokter cantik. Kalau tidak salah, pada kunjungan keempat dokter memberikan bahwa prediksi kelamin si debay yaitu pemuda (lagi). Kami cuma senyam-senyum aja. Dalam hati sih gak apa-apa mau dikasih pemuda apa cewek yang penting sehat, selamat dan sempurna. Meski bergotong-royong sih dalam hati pengen juga punya anak cewek 😁 sedangkan Suami? Doi bilang; kali aja dokter salah, perasaan saya bayinya cewek koq. Hampir tiap kunjungan dokter tetap mengulang hasil diagnosanya bahwa debay inside berkelamin cowok.

Masuk usia kandungan delapan bulan, saya udah mulai bongkar kembali pakaian bayi yang tersimpan rapi di dalam lemari. Berhubung prediksi dokter katanya si Baby cowok, jadi saya santai aja gak beli printilan gres yang berbau khas cewek. Baju-bajunya Faraz sewaktu baby juga warnanya netral koq, jadi kalau kenyataan nanti Adek bayik emang benar pemuda gak masalah, tapi kalau ternyata prediksi dokter meleset juga gak masalah, kan nanti sanggup beli gres yang berbau cewek atau nunggu dikadoin, hihihih. Begitulah anutan saya dikala itu. 

Hingga balasannya masa cuti saya dimulai dan kontraksi palsu sudah semakin sering menghampiri. Dua ahad dari masa cuti itu, saya pun melahirkan bayi pemuda mungil (lagi) and you know what? Proses lahirnya lebih cepat dari si Kakak tapi sama aja, kembali dibantu alat yang berjulukan vacum itu. Bahkan saya sempat mengalami pendarahan setelahnya. Alhamdulillah cepat teratasi dan semua baik-baik saja. 

Ketika Melahirkan Anak Laki-Laki (lagi)

Setelah kelahiran adek bayi yang ternyata prediksi dokter benar bahwa laki-laki, perasaannya senang banget sebab kami sanggup bertemu dengan bayi mungil ini dengan kondisi yang sangat baik dan kami pun mendapatkan dengan senang hati. Anak pria ataupun anak wanita mah sama saja, tergantung bagaimana cara kita mendidik dan membesarkannya. Memberinya cinta dan kasih sayang semoga mereka selalu melaksanakan hal yang sama kepada kita orangtuanya dan juga sekitarnya. 


Meski Mama mertua hingga kini kalau bertemu masih juga menyebut tambah anak lagi, masa pria semua. Gak lengkap kalau belum ada anak perempuan, katanya. Duuh, gimana ya? Masa harus menyerupai coba lagi award? Kalau belum dapat, yah dicoba lagi hingga berhasil? Lah, anak itu kan juga rejeki, udah diatur oleh Yang Maha Kuasa sama halnya dengan jodoh dan usia. Mertua sendiri aja punya anak laki-lakinya ada 4 orang, yang bungsu gres anak perempuan. Artinya? Apa saya harus menyerupai mereka juga? Coba terus hingga sanggup anak perempuan, gitu ya? Disenyumin aja lah yah. Sambil bilang, toh nanti InsyaAllah umur panjang belum dewasa laki-lakiku itu akan menikah dan memberikanku anak wanita (menantu), kan sama aja dengan anak sendiri. 
Suami pun bergotong-royong masih memberi kode keras untuk tambah lagi. Malah bujuk saya untuk agenda semoga sanggup mampu anak perempuan. Iyah, memang secara medis dan teori ada ilmu yang menyebutkan kalau ingin dapatkan anak laki-laki, pasangan harus menyerupai ini, sebaliknya pun juga kalau ingin mendapatkan anak wanita ada caranya juga. Aduh, tapi kan itu semua kembali lagi ke Sang Pencipta. Bukannya sering dengar insan sanggup berencana, namun Allah jualah yang memilih segalanya. Jika Dia bilang anaknya pria ya sekuat apapun cara insan tidak bakalan sanggup merubahnya. Jadilah saya cuma nyengir aja sambil bilang kita fokus sajalah dulu ke belum dewasa ini. Merawat dan membesarkannya itu tanggung jawab kita dunia akhirat.


Saya memang belum punya anak perempuan, tapi saya dikelilingi oleh ponakan-ponakan wanita yang bagi saya sama saja dengan anak sendiri sebab sesekali saya pun ikut menjaga dan merawat mereka. Jadi, untuk dikala ini punya dua anak pria itu istimewa. Saya jadi yang paling manis sendiri diantara 3 pria di rumah ini, heheheh.

Punya pengalaman yang samakah, Mak? Share juga yuks 😊


 

Post a Comment

 
Top