Shanghai - Muncul tren di kalangan orang kaya China, khususnya para orangtua, mengikutkan belum dewasa mereka kursus etiket. Uang jutaan rupiah pun tak segan digelontorkan untuk mengajarkan anak mereka tata krama berdasarkan budaya barat.
Kelas etiket di China ini diikuti belum dewasa dengan usia masih sangat belia, paling kecil usia enam tahun. Harapannya, mereka dapat memulai kualitas hidup yang lebih baik dikala remaja jikalau sedari kecil sudah diajarkan etiket.
Adalah Guillaume de Bernadac, laki-laki yang menyediakan jasa mengajar etiket di Shanghai, China. Guillaume mengajarkan anak para 'crazy rich Asians' ini standar etiket di Prancis.
Seperti diberitakan Next Shark, kelas etiket ini didirikan Guillaume sekitar empat tahun lalu. Ia sendiri sudah cukup usang tinggal di China sebagai mahasiswa, dan membangun sekolah Academie de Bernadac pada 2014.
Kelas etiket di Academie de Bernadac, Shanghai. Foto: YouTube/Next Shark |
Kelas etiket berbiaya USD 389 atau sekitar Rp 5,5 juta untuk sesi empat jam, atau Rp 1,3 jutaan per jam. Anak-anak yang masih belia ini diajarkan bagaimana berjalan, duduk, makan dan berbicara dengan benar.
Ada beberapa metode klasik yang diterapkan. Misalnya berguru jalan kolam seorang lady dengan buku tebal di atas kepala mereka. Keseimbangan dan postur badan jadi kunci semoga buku tersebut tidak jatuh.
Mereka juga diajarkan cara bersikap yang benar dikala makan. Ketika berada di meja makan, siku tidak diperkenankan berada di atas meja. Untuk melatihnya, sapu tangan diselipkan di bawah ketiak dan mereka harus menjaganya supaya jangan hingga jatuh. Kedua pundak mereka juga diikat ke dingklik memakai pita merah semoga tubuhnya tidak bungkuk.
Ilustrasi keluarga China makan bersama. Foto: iStock |
Jika ada murid yang gagal mempertahankan posisi badan menyerupai yang diajarkan, mereka akan mendapat eksekusi dari pelatih, bahkan oleh Guillaume sendiri.
Guillaume menyampaikan kelas etiket yang didirikannya bukan bertujuan menciptakan belum dewasa Asia, khususnya China, bersikap kebarat-baratan. Namun sebagai penerus dari para orang terpandang di Negeri Bambu, terkadang mereka harus dihadapkan dengan situasi di mana norma kesopanan harus diterapkan jikalau harus makan malam atau tiba ke aktivitas formal di luar negeri.
"Poinnya yaitu ketika kau ke luar negeri, atau bahkan di China dan jikalau berada di lingkungan internasional di mana kemungkinan kau akan bersinggungan dengan kebudayaan lain, kami menawarkan kunci untuk beradaptasi," terperinci Guillaume kepada AFP.
Akademi etiket milik Guillaume tampaknya menarik perhatian pemerintah China. Belum usang ini ia diminta pemerintah lokal di Shanghai untuk merancang aktivitas kelas etiket yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
Post a Comment