0 Comment
Ilustrasi: Zaki Alfarabi/detikcomIlustrasi: Zaki Alfarabi/detikcom

Jakarta - Terkadang kita lupa, kuartal terakhir setiap tahun biasanya menjadi waktu favorit bagi peretas untuk melaksanakan serangan malware. Tahun 2017 menjadi tahun yang cukup unik alasannya yakni serangan ransomware yang sudah mencapai puncaknya di paruh pertama 2017 dengan agresi Wannacry kelihatannya tidak gampang mendapat momentum untuk melaksanakan serangan dengan skala sebesar Wannacry.

Selain Wannacry, terjadi kejadian unik dimana salah satu merek antivirus Rusia dicoret dari vendor oleh pemerintah Amerika Serikat alasannya yakni ditengarai dipakai sebagai alat untuk
aktivitas memata-mata.

Justru dua ancaman sekuriti yang cukup serius di kuartal terakhir tahun 2017 tidak muncul dari ancaman malware, melainkan mengancam pengamanan data jaringan nirkabel yang dipakai di seluruh dunia. Dan ancaman yang terjadi semuanya bekerjasama dengan proses pengamanan enkripsi kemudian lintas data yang dipakai dalam jaringan nirkabel atau WiFi.

WPA 2 sendiri yakni teknologi yang sudah cukup tua, sekitar 13 tahun dan menjadi standar pengamanan Wifi, sedangkan kunci algoritma yang dieksploitasi ROCA sendiri sudah dipakai secara meluas selama 5 tahun terakhir.

Ancaman Penyusup WiFi dan Cara MembasminyaFoto: Reuters/Kacper Pempel


Mengapa data harus dienkripsi?

Seperti kita ketahui, jaringan internet yakni jaringan umum, ibaratnya jalan raya yang dipenuhi oleh banyak sekali macam informasi yang bisa diakses oleh siapapun yang berada di jalan raya tersebut.

Jika data penting dikirimkan bulat-bulat, maka siapapun yang berada di internet secara teknis bisa menyadap data tersebut. Karena itulah data yang dikirimkan melalui internet diacak sedemikian rupa dengan metode yang teruji kondusif (enkripsi) sehingga sekalipun berhasil disadap data tersebut tidak akan bisa dibaca alasannya yakni terlindung oleh enkripsi.

KRACK

Ancaman pertama yang patut mendapat perhatian yakni KRACK (Key Reinstallation Attack) dimana data yang disalurkan melalui semua perangkat nirkabel WiFi yang menggunakan
pengamanan sekuriti WPA2 rentan bocor saat dieksploitasi dengan teknik tertentu. Adapun konfigurasi jaringan yang rentan yakni WPA1 dan WPA2, baik PSK (Personal) maupun Enterprise.

Untuk semua cipher (WPA-TKIP, AES-CCMP dan GCMP). Semua Wifi yang menggunakan
perlindungan WPA2 bisa dieksploitasi dan dipakai untuk mencuri informasi sensitif mirip kredensial akun, kartu kredit, email dan file penting.

Ancaman ini sangat serius alasannya yakni semua sistem operasi dan perangkat WiFi dunia bisa dieksploitasi. Tidak mirip ancaman malware yang biasanya mengincar korban terbesar dari sistem operasi Windows, kali ini dua sistem operasi yang mempunyai resiko tertinggi atas kerentanan ini yakni Android 6.0 dan Linux.

ROCA

Ancaman kedua juga mengancam jaringan nirkabel dikenal dengan nama ROCA (Return of
Coppersmith Attack) yang terjadi alasannya yakni adanya kerentanan dalam implementasi pengamanan kunci enkripsi RSA pada Infineon TPM (Trusted Platform Module).

Infineon TPM yakni pengontrol mikro khusus yang dirancang untuk mengamankan perangkat keras dengan cara mengintegrasikan kunci kriptografi pada perangkat dan dipakai untuk mengamankan proses kriptografi.

Sebagai informasi, TPM Infineon dipakai oleh miliaran perangkat di dunia. Microsoft, Google, HP, Lenovo dan Fujitsu merupakan beberapa vendor besar yang memakai TPM Infineon dan segera melaksanakan agresi menciptakan tambalan (patch) untuk menutup celah keamanan ini.

Kalau KRACK bisa menyadap data para pengguna WiFi yang diamankan dengan enkripsi WPA2
tanpa mengetahui kunci enkripsi, maka sebaliknya ROCA mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi kunci privat dengan hanya berbekal kunci publik.

Seperti kita ketahui, dalam pengamanan enkripsi, sistem pengamanan yang menjadi standar dunia memakai standar dua kunci, kunci privat dan kunci publik. Kunci privat dan kunci publik ini merupakan sepasang kunci unik dan data yang dienkripsi dengan satu kunci publik hanya bisa dibuka/dekripsi dengan kunci privat pasangannya.

Kunci publik akan disebarkan secara bebas dan akan dipakai oleh perangkat pengirim data untuk mengenkripsi data antar perangkat yang berkomunikasi. Kunci privat dirahasiakan dan tidak disebarkan alasannya yakni akan dipakai untuk mendekripsi data yang diacak dengan kunci privat dan dikirimkan ke perangkat peserta data.

Ancaman Penyusup WiFi dan Cara MembasminyaFoto: GettyImages


KRACK vs ROCA

Mana yang lebih berbahaya, KRACK atau ROCA. KRACK mempunyai cakupan yang sangat luas dan terkandung dalam hampir seluruh WiFi dunia alasannya yakni standar pengamanan WPA 2 notabene merupakan standar pengamanan terbaik yang tersedia pada dominan perangkat WiFi yang
terpasang di seluruh dunia.

Namun untuk mengeksploitasi KRACK ada satu syarat, yaitu eksploitasi harus dilakukan dengan bergabung pada WiFi yang diserang. Sebaliknya, ROCA, meskipun mempunyai cakupan tidak seluas KRACK dan 'hanya' berpotensi mengancam lebih dari 1 miliar piranti, namun ROCA memungkinkan penyerang untuk menyadap semua data yang memang terenkripsi secara remote dan menyimpan data tersebut. Lalu melaksanakan dekripsi terhadap data tersebut dengan kunci privat yang diekstraksi dari kunci publik.

Apa yang harus dilakukan ?

Pertanyaan terpenting tentu bukan 'Aku Ingin Pindah ke Mana ?' Tetapi apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dua ancaman ini.

Sebenarnya pihak yang lebih berkompeten untuk mengantisipasi kelemahan KRACK yakni produsen sistem operasi, khususnya pengguna Android dan Linux memungkinkan untuk mengacaukan seluruh kunci enkripsi yang akan mengalami imbas lebih parah dibandingkan OS lainnya.

Karena itu para pengguna piranti keras disarankan untuk selalu mengupdate piranti lunak yang digunakan. Sedangkan untuk ROCA, tanggungjawab lebih kepada pihak vendor dimana Infineon, Google, HP, Microsoft, Fujitsu dan Lenovo sudah menyediakan update untuk menutupi celah keamanan ini.

Guna mendapat pengamanan yang lebih baik, Vaksincom menyarankan para pengguna akses
nirkabel/WiFi, terutama kalau anda sering memakai susukan nirkabel publik untuk menambahkan layer pengamanan ekstra dengan mengaktifkan VPN Virtual Private Network setiap kali memakai WiFi.

Pastikan VPN yang anda gunakan kondusif dan berkualitas alasannya yakni banyak layanan VPN gratis yang kalau dipakai malah menjadi sumber celah keamanan gres yang berpotensi membuka identitas dan membocorkan data anda.

Penulis, Alfons Tanujaya, praktisi keamanan internet dari Vaksincom.

Post a Comment

 
Top