Gunungkidul - Main ke pantai yang sepi dan tersembunyi, rasanya menyerupai punya pantai pribadi. Hal inilah yang akan traveler rasakan ketika wisata ke Pantai Ngitun di Gunungkidul.
Bicara wacana pantai yang berada di Kabupaten Gunungkidul menyerupai tidak ada habisnya. Hal itu sebab masih banyak pantai yang belum terekspos secara masal. Salah satunya Pantai Ngitun.
Pantai yang terletak di Dusun Sureng, Purwodadi, Tepus, Gunungkidul ini masih asri dan bersih. Bahkan sebab terletak di antara perbukitan dan garis pantai yang pendek, menciptakan pengunjung sanggup menikmati sensasi pantai langsung di sana.
Untuk mencapai Pantai Ngitun, pengunjung harus melaksanakan perjalanan darat ke arah selatan sejauh 33 km dari Kota Wonosari. Sedangkan dari Kota Yogyakarta, jaraknya sekitar 73 km ke arah selatan, ke Kecamatan Purwodadi.
Sesampainya di Kecamatan Purwodadi, pengunjung diharap mengikuti jalur menuju ke Pantai Timang atau Pantai Siung. Setelah hingga di simpang tiga Gembuk, Tepus, Gunungkidul, pengunjung akan menemukan sebuah papan keterangan bertuliskan Pantai Ngitun.
Papan petunjuk dan jalan menuju pantai (Pradito Rida Pertana/detikTravel) |
(Pradito Rida Pertana/detikTravel) |
Karena itu, detikTravel menyarankan pengunjung mengendarai sepeda motor, khususnya sepeda motor non matic. Meski jalan masuk jalannya terbilang cukup sulit dan menguras tenaga, semua itu akan terbayar dengan pemandangan indah Pantai Ngitun.
Sampai di Pantai Ngitun, pengunjung akan disambut bunyi deburan ombak disertai semilir angin maritim dari arah selatan yang sepoi-sepoi. Pantainya pun masih sepi. Terlebih belum banyak warung-warung yang menjajakan masakan dan minuman di pantai tersebut.
Pantai Ngitun yang indah (Pradito Rida Pertana/detikTravel) |
"Baru sekitar dua tahunan ini (Pantai Ngitun) dibuka, tepatnya sehabis dibangun jalan cor semen itu. Karena jalan untuk ke sini dulu terbilang sulit dijangkau," katanya ketika ditemui di Pantai Ngitun, Minggu (9/12/2018).
Pria yang juga mengelola daerah penitipan sepeda motor ini melanjutkan, jalan cor semen itu dibentuk dengan dukungan pihak lain. Mengenai pengelolaan Pantai tersebut, diakui Darsono bahwa masih dilakukan secara swadaya.
Disinggung mengenai asal nama Pantai Ngitun, laki-laki yang mengenakan kaus dan celana pendek ini menjelaskan bahwa dulunya Pantai Ngitun dijadikan daerah pembuatan garam yang dikelilingi hutan. Karena sulitnya jalan masuk ke daerah tersebut, menciptakan banyak warga yang mengirim masakan untuk para pekerja.
"Sebenarnya ngintun, ngintun bahasa Jawa yang artinya mengirim. Terus dulunya banyak orang ke sini mengirim makan dan minum untuk yang menciptakan garam, dan digunakan untuk mengirim garam juga," ujarnya.
"Karena itu namanya Pantai Ngintun dan kini jadi Ngitun," imbuhnya.
Jumlah pengunjung di Pantai Ngitun belum begitu ramai. Namun, menjelang selesai pekan biasanya banyak kawula muda yang berkunjung ke pantai tersebut.
"Ya tidak menentu jikalau pengunjungnya, paling banyak jikalau malam Jumat dan malam Minggu. Kebanyakan mereka nge-camp di pinggir pantai, mungkin sebab belum banyak yang jualan jadi untuk nge-camp tadi," katanya.
Diakui Darsono, sedikitnya pengunjung juga dipengaruhi jalan masuk jalan yang terbilang sulit. Karena itu, ia mengharap Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul membantu mempermudah jalan masuk jalan ke Pantai Ngitun.
BACA JUGA: Sudah Tahu? Gunungkidul Punya Taman Batu yang Unik
Salah seorang pengunjung, Febti Indiarti (20), warga Wirobrajan, Kota Yogyakarta mengatakan, ia gres pertama kalinya ke Pantai Ngitun. Menurutnya, pantai tersebut sangat indah dan membuatnya betah berlama-lama.
"Tahu pantai ini dikasih tahu sahabat saya, sebab katanya bagus terus saya ke sini sama teman. Kaprikornus gres pertama kali saya ke sini, pantainya bagus dan masih asri, ya mungkin sebab belum banyak yang tahu juga," ujarnya.
Untuk menuju Pantai Ngitun, pengunjung hanya perlu membayar retribusi wisata Rp 5 ribu dan biaya parkir Rp 2 ribu. Selain itu, kepada pengunjung disarankan membawa bekal, mengingat beberapa warung hanya menjajakan minuman dan masakan menyerupai mie instan serta masakan ringan.
Pantainya tersembunyi (Pradito Rida Pertana/detikTravel) |
Post a Comment