Banyuwangi - Sejumlah asesor dari UNESCO yang membidangi geopark tiba ke Banyuwangi. Kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini pun terus berbenah.
Tiga destinasi di Banyuwangi, ialah Gunung Ijen, Pantai Pulau Merah, dan Taman Nasional Alas Purwo gres saja ditetapkan sebagai tempat Geopark (geological park) alias Taman Bumi Nasional. Saat ini ketiganya disiapkan biar lolos menjadi Global Geopark Network (GGN) UNESCO.
Asesor GGN UNESCO Guy Martini tiba ke Banyuwangi untuk meninjau kesiapan Banyuwangi menjadi situs geological park dunia selama tiga hari, Sabtu-Senin (29-31/12/2018). Selama di sana, Martini melaksanakan kunjungan ke Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen dan Desa Adat Kemiren.
Martini mengatakan, Geopark tidak hanya sekedar bicara alam semata, tetapi seluruh aspek di dalamnya, menyerupai hayati dan kebudayaan. Banyuwangi sendiri mempunyai kekayaan warisan geologi yang luar biasa dan lengkap, mulai dari Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, jejeran taman nasional, sampai Suku Osing yang mempunyai akar budaya yang kuat.
"Pulau Merah punya panorama yang indah, kami sempat berbicara dengan penduduk lokal yang terlibat sebagai relawan ataupun lifeguard, aku terkesan alasannya mereka terlibat memperlihatkan edukasi keselamatan kepada bawah umur sekolah dan pengunjung, juga mau mengajari selancar," ujarnya.
Foto: (Ardian Fanani/detikTravel) |
Martini juga sangat terkesan dengan Taman Gandrung Terakota dengan visualisasi ratusan penari Gandrung di kaki Gunung Ijen. Bagi dia, Gunung Ijen sangat menawan dari sisi geologi, lingkungan alam dan kehidupan warga lokalnya.
"Saya melihat dongeng fantastik wacana gunung berapi, juga hutan yang indah dan mengagumkan di sepanjang perjalanan menuju Ijen," ujar Martini.
Martini menilai Banyuwangi sangat potensial dan lengkap baik gelogical-nya, lingkungan alamnya, intangible heritage cultural (warisan budaya tak benda) sampai keanekaragaman hayatinya. "Saya kira Banyuwangi punya semua elemen potensial untuk menjadi bab dari Global Geopark Network," ujarnya.
Martini menjelaskan, dengan berupaya menjadi bab geopark dunia bekerjsama Banyuwangi tengah menyiapkan rumah masa depan yang bisa memberi efek faktual bagi warga.
Foto: (Ardian Fanani/detikTravel) |
"Sehingga bukan hanya memelihara kekayaan alam, namun juga bermanfaat bagi masyarakat setempat, bisa membangun konsep perekonomian dan pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan kearifan budaya lokal," terangnya.
Dengan menjadi jaringan geopark dunia, Banyuwangi nantinya tidak akan terjebak dalam arus mass tourism. Sebagaimana hal itu terjadi di banyak tempat lainnya di dunia.
"Pengelolaan di dalamnya memakai sistem kolaborasi melibatkan masyarakat setempat. Begitu juga keberadaan rumah makan, homestay, dan pemandu wisata berbasis geopark. Mempromosikan produk lokal, mengedepankan budaya lokal sehingga masyarakat ikut merasa mempunyai besar hati dan ikut menjaganya," urainya.
Tahap selanjutnya, untuk bisa menjadi GGN UNESCO, kata Martini, Banyuwangi harus bisa membangun ekosistem yang mendukung. Semua komponen berkepentingan harus bersatu.
"Kekayaan alam Banyuwangi memang sangat Istimewa tapi untuk menjadi geopark semuanya harus disiapkan. Dan aku lihat tim yang bekerja untuk persiapan hal ini di Banyuwangi berjalan dengan sangat baik, semuanya kompak dan saling mendukung baik kabupaten, pihak taman nasional, juga pihak swasta. Ini menjadi salah satu modal kunci suksesnya," kata Martini.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap, kehadiran Asesor GGN UNESCO sanggup memperlihatkan masukan sekaligus motivasi untuk bisa meningkatkan kualitas pengelolaan destinasi Banyuwangi. Tentunya biar menjadi bab taman bumi warisan dunia.
"Dengan menjadi bab geopak dunia, kami berharap konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa terus terjaga sekaligus menyejahterakan masyarakat," harap Anas.
Post a Comment