Male - Maldives, suatu kepulauan yang indah dan destinasi harapan turis. Mengenal Maldives lebih dekat, mari kenalan dengan pilot-pilot pesawat amfibinya.
Siapa yang tidak bermimpi liburan ke Maldives? Negara di Samdera India ini populer dengan kepulauan yang eksotis. Pantai berpasir putih, dunia bawah maritim yang ciamik hingga banyak sekali pilihan resort kelas dunia.
BACA JUGA: Marilah Pariwisata Indonesia Belajar dari Maldives
Namanya juga negara kepulauan, untuk menuju beberapa destinasinya sanggup ditempuh dengan naik pesawat amfibi. Pesawat berukuran kecil yang sanggup mendarat di air. CNN Travel ibarat dilihat detikTravel, Jumat (18/1/2019) mewawancarai pilot pesawat amfibi dari Trans Maldivian Airways. Namanya Andrew Farr, salah satu kapten pilotnya.
"Kami menyebut diri kami sendiri sebagai pilot nyeker. Ya, kami melepas sendal kami dan rasanya sangat menyenangkan," kata Andrew Farr mengawali cerita.
Andrew Farr, salah satu kapten pilot Trans Maldivian Airways (CNN Travel) |
Trans Maldivian Airways punya 50 pesawat amfibi, mempekerjakan 200-an pilot dan punya 100.000 penerbangan setiap tahun. Mereka biasanya berafiliasi juga dengan beberapa resort untuk mengangkut turis yang gres mendarat di Male (ibukota negara Maldives).
Soal pilot, Trans Maldivian Airways tidak punya hukum khusus soal seragam. Tidak ibarat pilot-pilot pada umumnya dengan seragam lengkap, pilot pesawat amfibinya hanya berpakaian santai dan menggunakan sandal.
Sebab sewaktu-waktu, pilot harus turun untuk menyelidiki mesin atau keperluan lainnya. Karena mendarat di air, maka seringkali para pilot ya itu tadi hanya nyeker. Kecuali, menggunakan sandal dikala bertemu penumpang.
Pilot yang nyeker dikala menerbangkan pesawat amfibi (CNN Travel) |
Lalu, apa rasanya mendarat di air?
"Saya pikir lebih menyenangkan dan menantang alasannya yaitu air selalu berubah-ubah. Kalau mendarat di landasan bandara itu... boring," jawab Andrew Farr sembari tersenyum.
"Seringkali orang bilang, mendarat di air yang hening itu gampang akan tetapi nyatanya tidak. Kami harus berhati-hati memperhatikan kondisi air, terutama angin dan ombak," lanjutnya menjelaskan.
Cuaca menjadi faktor penting untuk mendaratkan pesawat amfibi. Bahkan Andrew Farr mengaku, sanggup berputar-putar di langit kalau kondisi air yang cukup berbahaya untuk mendarat. Juga, tidak ada penerbangan di malam hari.
"Saya sehari terbang 5 jam ke 10-12 resort," ujar Andrew Farr.
Pesawat amfibi Trans Maldivian Airways (Trans Maldivian Airways) |
Pria asal Kanada ini menjelaskan, para pilot yang mau melamar menjadi pilot amfibi di Maldives harus punya 1.000 jam terbang. Setelah itu, diharapkan waktu 2-3 tahun untuk naik pangkat menjadi kapten.
Sebagai penutup, Andrew Farr menceritakan betapa cintanya beliau pada pekerjaan pilot amfibi di Maldives. Ada rasa senang, dikala membawa turis yang mengaku pertama kali naik pesawat amfibi. Serta pemandangan yang beliau liat setiap hari, yaitu formasi pulau yang eksotis.
"Saat penumpang bilang 'ini pertama kali naik pesawat amfibi', maka saya akan bekerja keras sangat keras untuk menawarkan pengalaman terbaik pada mereka. Pemandangan dari jendela 'kantor' saya setiap hari yaitu pemandangan terbaik di dunia," tutupnya.
Panorama yang setiap hari dilihat Andrew Farr (Trans Maldivian Airways) |
Post a Comment