Tanah Bumbu - Sebagai kawasan pertambangan kerikil bara, Kabupaten Tanah Bumbu satu dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Sempat melejit pembangunanya dibandingkan dengan kawasan lain terutama kabupaten induk yakni Kotabaru.
Tanah Bumbu yang resmi menjadi kabupaten pada 8 April 2003 hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru, berpacu "mengejar" ketertinggalan dalam membangun daerah. Bahkan Tanah Bumbu yang biasa disebut "Bumi Bersujud" dengan luas wilayah 5.066,96 km dan berpenduduk 267.913 jiwa itu bisa lebih maju dari kabupaten lain.
Kemajuan pembangunan yang pesat tidak terlepas dari hasil yang didapat dari 'perut bumi' Tanah Bumbu yang mempunyai potensi tambang kerikil bara. Dengan memanfaatkan hasil alam berupa 'emas hitam' kerikil bara tersebut, jumlah anggaran pendapatan dan belanja kawasan (APBD) Tanah Bumbu bersaing dengan kabupaten/kota yang maju.
Hasil tersebut diperoleh dari bagi hasil, dan pendapatan dari hasil pengelolaan tambang kerikil bara. Namun sehabis terjadi krisis ekonomi bertepatan dengan deposit serta kebijakan pemerintah terkait kerikil bara, maka satu persatu perusahaan tambang kerikil bara menghentikan aktivitasnya.
Ratusan perusahaan pemegang kuasa pertambangan yang sebelumnya aktif melaksanakan eksploitasi yang jadinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri, sekarang hanya bisa dihitung dengan jari. Kondisi tersebut menimbulkan pendapatan dari bagi hasil sebagai kawasan penghasil, terus menyusut, hal itu ditambah dengan pengurangan transfer dari pemerintah sentra menjadikan Tanah Bumbu terpaksa mencari terobosan dan penemuan terutama untuk mendapat sumber pendapatan baru.
Salah satu langkah yang dilakukan semoga mendapat dana untuk membiayai pembangunan yaitu dengan memanfaatkan potensi kepariwisataan, baik wisata alam, wisata bahari, dan wisata budaya. Dengan mengendepankan kearifan lokal, Pemkab Tanah Bumbu berharap bisa mendapat pundi-pundi pendapatan dari sektor pariwisata.
Meski demikian, pemerintah kawasan tetap sadar bahwa membangun sektor pariwisata yaitu tidak semudah membalik telapak tangan, perlu waktu, proses, energi dan yang terpenting yaitu anggaran yang cukup besar. Namun kesemuanya itu, satu persatu sanggup diatasi dengan kerja keras, disiplin tinggi dan keterlibatan semua stakeholder.
Dengan kebersamaan dalam menggarap potensi kepariwisataan, dibutuhkan sanggup menjadi mesin uang untuk meningkatkan pendapatan orisinil daerah. Pembangunan sektor pariwisata tersebut dimulai dari menyiapkan infrastruktur, dan akomodasi di lokasi objek wisata, untuk menunjang meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan manca negara.
Objek wisata unggulan di Tanah Bumbu salah satunya yaitu Pantai Pagatan di Kecamatan Kusan Hilir. Pantai tersebut menjadi objek wisata tahunan dengan diselenggarakan program pesta budaya maritim atau sering di sebut dengan 'Mappanretasi' yang mempunyai arti memberi makan laut.
Bupati Tanah Bumbu H. Sudian Noor, menjelaskan objek wisata tahunan Mappanretasi yang di selenggarakan di Pantai Pagatan tersebut rutin dilakukan oleh pemerintah kawasan bersama masyarakat lokal dan tokoh masyarakat.
"Pelaksanaan Mappanretasi dilaksanakan setiap April itu bisa menyerap pengunjung atau wisatawan lokal maupun mancanegara hingga puluhan ribu pengunjung," katanya.
"Bahkan Presiden RI Joko Widodo pada April 2017 sempat berkunjung ke Kabupaten Tanah Bumbu untuk menyaksikan wisata tahunan tersebut,", ujar bupati.
Sudian mengemukakan, selain objek wisata Pantai Pagatan, di Kecamatan Angsana yang masih wilayah juga mempunyai objek wisata Pantai Angsana. Pantai tersebut terus dikembangkan oleh pemerintah kawasan untuk menunjang meningkatkan PAD dengan melengkapi akomodasi di objek wisata tersebut.
Pantai Angsana mempunyai pesona keindahan terumbu karangnya. Pengunjung atau wisatawan domestik maupun manca negara lebih bahagia menikmati keindahan terumbu karang tersebut dengan melaksanakan "snorkeling" atau penyelaman permukaan laut.
Gandeng swasta Agar pengelolaan pariwisata sanggup benar-benar menjadi mesin pencetak uang. Pemerintah kawasan menggandeng pihak swasta untuk menyediakan peralatan snorkeling, sehingga pengunjung atau wisatawan sanggup menyewa peralatan dengan harga sekitar Rp 30.000/orang.
Di objek wisata Pantai Angsana dalam satu bulan bisa menyerap ribuan pengunjung di mana kunjungan didominasi dari luar Tanah Bumbu, bahkan akhir-akhir ini pengunjung berasal dari mancanegara. Yang paling menarik di objek wisata tersebut para pengunjung sanggup menikmati keindahan alam di tengah laut dengan memakai "Banana Boad".
Pengunjung juga bisa menikmati keindahan pantai dengan pasir putihnya. Kendaraan roda tiga 'All Terrain Vehicle' (ATV) biasa dipakai untuk berkeliling di sekitar pantai.
"Pantai tersebut mempunyai keindahan alam sekaligus mempunyai daya tarik seperi Pantai Bunaken atau Raja Ampat di Provinsi Papua," bupati menjelaskan.
Keindahan pantai, terumbu karang yang dihiasi ribuan jenis ikan sanggup dinikmati dengan snorkeling atau scuba diving. Memberikan kenyaman bagi pengunjung, pengelola pantai juga menyiapkan penginapan dan kotek di sekitar pantai, sehingga pengunjung sanggup beristirahat tetap dilokasi wisata, tanpa bermalam di hotel sambil menikmati sunrise dan sunset.
Bukan hanya itu, selain objek wisata pantai, Pemkab Tanah Bumbu juga memilki "surga" yang tersembunyi di balik hutan yaitu Air Terjun Mandin Damar yang terletak di Kecamatan Mentewe. Air terjun tersebut memilki tinggi sekitar 10 meter dengan lebar 15-18 meter, riam tersebut masih di kelilingi hutan sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat dan pengunjung.
Keunikan riam tersebut, yaitu airnya belum terkotori oleh benda absurd sehingga airnya sanggup dikonsumsi secara langsung. Kedepannya pemerintah kawasan akan membangun terusan jalan menuju lokasi, dan melengkapi sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Pemerintah kawasan juga mempunyai objek wisata yang sudah dikembangkan beberapa tahun kemudian yakni Goa Liang Bangkai. Keunikan goa tersebut pernah dihuni oleh insan prasejarah sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM) untuk tempat tinggal.
"Ada bukti besar lengan berkuasa bahwa goa tersebut pernah dihuni oleh insan prasejarah yakni, dengan ditemukannya artefak sisa masakan berupa cangkang kerang. Selain ditemukannya sisa-sisa masakan berupa cangkang kerang, di dalam goa tersebut juga ditemukan potongan kerikil sisa alat rumah tangga, artefak kerangka manusia," kata Bupati.
Selain itu, peniliti arkeologi prasejarah juga menemukan lukisan di dalam goa yang ada di Kecamatan Mentewe, Tanah Bumbu. Penelitian arkeologi prasejarah di Tanah Bumbu berasal dari Balai Arkeologi Banjarmasin semenjak 2006 sudah beberapa usang melaksanakan penelitian di tiga desa di Kecamatan Mentewe, yakni, Desa Mantewe, Rejosari, dan Bulurejo.
Menanggapi hasil penelitian tersebut, pemda menyambut kasatmata bagi pengembangan wisata alam atau Goa Liang Bangkai. Ditemukannya jejak insan prasejarah sekitar 3.000 tahun SM tentunya menambah nilai ilmu pengetahuan, nilai sejarah dan nilai budaya di Kabupaten Tanah Bumbu.
Goa tersebut selain dijadikan sebagai tempat objek wisata, Dinas Olahraga Budaya dan Pariwisata Tanah Bumbu akan membentuk tim untuk kajian kelayakan menjadikan Bukit Liang Bangkai dan Goa Sugung sebagai situs cagar budaya nasional. Tidak menutup kemungkinan pula akan dijadikan warisan dunia, dari data yang disampaikan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin yang telah berhasil menemukan situs-situs prasejarah di Kabupaten Tanah Bumbu.
Selain itu, Pemkab Tanah Bumbu juga telah meresmikan objek wisata Pantai Madani Tanjung Batu Sungai Loban dan Desa Wisata Wanasari, Kecamatan Sungai Loban yang bisa menarik para wisatawan untuk berkunjung dengan Festival parade Budaya Nusantara dan Melasti. "Dari sekian banyak objek wisata seperti, Pantai Angsana, Pantai Rindu Alam, Pantai Cemara Indah dan Pantai Goa Liang Bangkai telah menjadi pundi pendapatan, melalui retribusi masuk objek wisata sebagai PAD," katanya.
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporpa) Tanah Bumbu mencatat pendapatan sebesar Rp 104 juta atau sekitar 18 persen dari sasaran yang direncanakan sebesar Rp 570 juta. Dari total pendapatan tersebut, terbagi wisata Pantai Angsana sudah menghasilkan PAD sebesar Rp 54 juta atau sekitar 18 persen, dari yang ditargetkan Rp 300 juta.
Wisata Pantai Rindu Alam juga sudah menghasilkan PAD sebesar Rp 45 juta, atau sekitar 25 persen dari sasaran Rp 180 juta. Dan dari wisata Goa Liang Bangkai, PAD yang sanggup dihasilkan Rp 4,5 juta atau sekitar lima persen dari sasaran Rp 90 juta.
Tidak menutup kemungkinan kalau wisata di Tanah Bumbu benar-benar dijaga dengan baik akan mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara. "Jika tempat wisata dikelola dengan baik dan sarana prasarana wisata pendukung lainnya dibangun, serta promosi wisata terus ditingkatkan, tiga objek wisata yang menjadi andalan Tanah Bumbu dan wisata lainnya, akan menarik lebih banyak lagi pengunjung," harapnya.
Post a Comment