Jakarta - Belakangan viral dongeng di media umum ihwal bayi usia empat bulan dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) dengan kondisi perutnya buncit, tangan-kaki dingin, dan kesulitan bernapas. Diketahui, insiden tersebut berlangsung sehabis sang ibu memperlihatkan nasi kepada bayi berusia 4 bulan tersebut.
Kepada detikHealth, dr Laurentya Olga, MPhil, PhD research fellow, dari Department of Paediatrics, University of Cambridge, Addenbrooke's Hospital, menjelaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk melaksanakan sumbangan air susu ibu (ASI) penuh selama 6 bulan pertama.
"Tapi ada beberapa masalah di mana 4 bulan ke atas boleh mulai weaning (mulai diberi makanan) tapi mulainya pun pelan-pelan banget dalam bentuk cair dulu. Misalnya perasan jeruk manis, kemudian pelan-pelan bubur saring, kemudian mulai mengental konsistensinya, hingga semi solid kemudian solid," terperinci perempuan yang dekat disapa dr Olga tersebut
Kasus-kasus yang direkomendasikan untuk melaksanakan early weaning pun antara lain anak dengan kenaikan berat tubuh yang kurang bagus, anak sering infeksi, dan beberapa indikasi lain yang tentunya didasari oleh evaluasi dokter anak. Makara tidak dapat sembarangan memilih kapan anak diperbolehkan untuk makan selain ASI lebih dulu di bawah usia 6 bulan.
"Intinya sistem pencernaan bayi itu gres matur sehabis 6 bulan," tegasnya.
Menelusur ke belakang, insiden bayi mengonsumsi nasi di beberapa tempat tolong-menolong bukan hal yang baru. Pada tahun 2014 lalu, di Riau, masih ditemukan fenomena bayi diberi makan nasi. Ini dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan dr Endit Romo Pratiknyo kala itu.
"Fenomena ini menjadi tradisi yang terus turun menurun ke kalangan masyarakat pedesaan," kata dr Endit.
Post a Comment