0 Comment
Foto: ilustrasi lumba-lumba (AFP)

Taiji - Lumba-lumba ialah mamalia maritim yang jinak dan jenaka. Tapi tiap tahunnya, binatang ini diburu secara sadis untuk diperdagangkan dengan dalih tradisi kuno.

Sebuah kota pesisir kecil di Provinsi Wakayama, Jepang bernama Taiji. Kota ini mempunyai penduduk 3.500 orang. Diintip detikTravel dari CNN, Senin (4/2/2019), ada sebuah tradisi yang masih menempel dengan orang-orang Taiji, yaitu perburuan lumba-lumba.

Sekilas, kota ini sangat indah. Ada begitu banyak gambar atau aksesoris lumba-lumba dan paus yang menghiasi Taiji. Tapi ada tradisi sadis yang masih terus dilakukan di sini.

Perburuan lumba-lumba ini dikenal dengan nama Dolphin drive hunting. Tradisi ini sudah berlangsung semenjak kurun ke-17. Sehingga pada tahun 1675, kota ini kenal sebagai sentra perburuan lumba-lumba.

Setiap tahunnya, nelayan dan pemburu lumba-lumba akan tiba ke Taiji. Mereka akan mulai berburu pada bulan September-Maret. Ini berkaitan dengan migrasi lumba-lumba.

Dalam tiap perburuan, pemerintah provinsi mengizinkan nelayan untuk memburu 2.000 lumba-lumba dan pesut dari tujuh spesies berbeda. Kegiatan ini mereka sebut sebagai tradisi kuno.


Caranya, nelayan akan berlayar hingga ke tengah lautan mengikuti rute migrasi lumba-lumba. Kemudian, nelayan akan menggiring lumba-lumba dengan bunyi ketukan palu. Ini menciptakan mereka takut.

Setelah lumba-lumba berhasil digiring ke laguna, nelayan tak eksklusif beraksi. Lumba-lumba akan dikunci dengan jaring sehingga mereka tak sanggup kembali ke lautan lepas.

Keesokan harinya, tepi pantai akan ramai dengan instruktur lumba-lumba dari banyak sekali tempat. Para instruktur ini tiba untuk menentukan lumba-lumba mana yang akan mereka bawa ke akuarium untuk atraksi.

Kebanyakan dari instruktur akan menentukan lumba-lumba hidung botol betina. Mereka akan dipilih sesuai dengan kriteria dan dikirim ke banyak sekali serpihan atraksi akuariun di seluruh dunia.

Tonton video: Sadisnya Tradisi Lumba-lumba di Jepang yang Dikecam Banyak Pihak

[Gambas:Video 20detik]



Tiap lumba-lumba dijual dengan harga yang mahal, mencapai USD 150.000 atau sekitar Rp 2.097.382.500. Lalu bagaimana dengan lumba-lumba yang tidak terpilih?

Inilah yang terjadi pada lumba-lumba yang tidak terpilih. Mereka akan dibawa ke laguna sepi dan terpencil yang dilarang diakses oleh siapa pun, kecuali nelayan.

Lumba-lumba akan di ditombak di perairan. Perlahan maritim bermetamorfosis merah alasannya ialah darah lumba-lumba.

BACA JUGA: Perburuan Kejam Lumba-lumba di Jepang Sudah Banyak Dikecam

Lumba-lumba ialah mamalia akustik. Mereka berkomunikasi dengan bunyi yang dikeluarkan. Sambil berenang kesakitan, lumba-lumba akan melolong lemah hingga alhasil mati.

Setelah mati, lumba-lumba diangkat ke atas bahtera atau eksklusif di seret ke daratan. Benar-benar menyedihkan..

Lumba-lumba tersebut akan dijual dan didistribusikan ke seluruh pelosok Jepang. Padahal, daging lumba-lumba mengandung jumlah merkuri tinggi dan sangat berbahaya untuk dikonsumsi.

Kegiatan ini alhasil menadapat kecaman dari banyak sekali penggagas sehabis diangkat jadikan film berjudul The Cove. Film dokumenter ini menyibak kengerian yang tersimpan rapat ketika waktu perburuan tiba.

Masyarakat Taiji masih melaksanakan tradisi ini dengan dalih sopan santun istiadat. Walau kenyataannya, perburuan lumba-lumba hanyalah topeng bagi laba pribadi nelayan Taiji.

Post a Comment

 
Top