0 Comment
Potret transformasi diri yang ramai di media umum sanggup berdampak faktual dan negatif. (Foto: istock) Potret transformasi diri yang ramai di media umum sanggup berdampak faktual dan negatif. (Foto: istock)

Jakarta - Di media umum ramai tren 10 years challenge di mana banyak warganet mengunggah foto-foto lamanya 10 tahun yang lalu. Kebanyakan yang menarik perhatian yaitu foto di mana seseorang mengalami perubahan drastis.

Mengenai hal tersebut praktisi kebugaran sekaligus andal gizi Jansen Ongko, MSc, RD, menyarankan biar orang-orang tidak terlalu fokus pada foto 'hasil' di tren 10 years challenge. Alasannya alasannya yaitu meski mungkin ada yang sanggup gembira dengan transformasinya, tidak menutup kemungkinan hal tersebut menciptakan orang lain jadi minder.

Dampaknya persoalan body image atau gambaran diri akan menjadi semakin kental di tengah kehidupan.


"Sebenarnya itu bagus sih dari 10 tahun kita sanggup melihat sudah menjalani hidup sehat atau belum. Tapi itu juga akan menjadi pressure tersendiri alasannya yaitu semua diukur dari penampilan rambut, wajah, bentuk badan," kata Jansen kepada detikHealth, Rabu (16/1/2019).

"Kekurangan dari gambar before-after itu orang melihat kesudahannya saja tapi prosesnya lupa. Orang dari dekil jadi bagus atau ganteng, itu kan tujuan dari 10 years challenge. Ini akan menciptakan perbandingan bentuk tubuh," lanjutnya.

Dikutip dari Psychology Today persoalan gambaran diri sendiri gotong royong sanggup menjadi sumber beberapa gangguan mental. Misalnya saja orang-orang jadi terobsesi untuk mempunyai tubuh kurus sampai pada titik anoreksia atau jadi kecanduan operasi bedah plastik.

Jansen menyarankan biar orang-orang mengambil positifnya saja dari tren 10 years challenge. Lihat apa yang sudah dilakukan selama 10 tahun dan lakukan apa yang sanggup diperbaiki dalam gaya hidup untuk sanggup jadi lebih sehat.

Kekurangan dari gambar before-after itu orang melihat kesudahannya saja tapi prosesnya lupaJansen Ongko












Post a Comment

 
Top